Friday, 17 April 2009

Akibat Berenang Bugil
Oleh milenia
Ditulis: 31 January 2008
Cetak Email


Akhirnya dia mulai berani memegang payudaraku, bahkan meremasnya. Aku sendiri membantu melepas kancing bajunya dan meraba-raba dadanya.
“Neng, tetek Neng gede juga yah.. enak yah diginiin sama Bapak?” Sambil tangannya terus meremasi payudaraku.
Dalam posisi memeluk itupun aku perlahan membuka celana panjangnya, setelah itu saya turunkan juga celana kolornya. Nampaklah kemaluannya yang hitam menggantung, jari-jariku pun mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku kurasakan benda itu bergetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai menurun hingga berjongkok di hadapannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan batang di genggamanku itu ke mulut, kujilati dan kuemut-emut hingga pemiliknya mengerang keenakan
“Wah, Pak Joko sama majikan sendiri aja malu-malu!” seru si Taryo yang memperhatikan Pak Joko agak grogi menikmati oral seks-ku.

Taryo lalu mendekati kami dan meraih tanganku untuk mengocok kemaluannya. Secara bergantian mulut dan tanganku melayani kedua penis yang sudah menegang itu. Tidak puas hanya menikmati tanganku, sesaat kemudian Taryo pindah ke belakangku, tubuhku dibuatnya bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku mulai merasakan ada benda yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku. Seperti biasa, mulutku menganga mengeluarkan desahan meresapi inci demi inci penisnya memasuki vaginaku. Aku disetubuhinya dari belakang, sambil menyodok, kepalanya merayap ke balik ketiak hingga mulutnya hinggap pada payudaraku. Aku menggelinjang tak karuan waktu puting kananku digigitnya dengan gemas, kocokanku pada penis Pak Joko makin bersemangat.

Rupanya aku telah membuat Pak Joko ketagihan, dia jadi begitu bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat sampai kesempatan untuk menghirup udara segar pun aku tidak ada. Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain makin menghujam ke tubuhku. Perasaan ini sungguh sulit dilukiskan, ketika penis si Taryo menyentuh bagian terdalam dari rahimku dan ketika penis Pak Joko menyentuh kerongkonganku, belum lagi mereka terkadang memainkan payudara atau meremasi pantatku. Aku serasa terbang melayang-layang dibuatnya hingga akhirnya tubuhku mengejang dan mataku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh penis Pak Joko. Bersamaan dengan itu pula genjotan si Taryo terasa makin bertenaga. Kami pun mencapai orgasme bersamaan, aku dapat merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan.

Setelah mencapai orgasme yang cukup panjang, tubuhku berkeringat, mereka agaknya mengerti keadaanku dan menghentikan kegiatannya.
“Neng, boleh ga Bapak masukin anu Bapak ke itunya Neng?” tanya Pak Joko lembut.
Saya cuma mengangguk, lalu dia bilang lagi, “Tapi Neng istirahat aja dulu, kayanya Neng masih cape sih”.
Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di daerah dangkal untuk menyegarkan diriku. Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Taryo duduk di sebelah kiriku dan Pak Joko di kananku. Kami mengobrol sambil memulihkan tenaga, selama itu tangan jahil mereka selalu saja meremas atau mengelus dada, paha, dan bagian sensitif lainnya. Yang satu ditepis yang lain hinggap di bagian lainnya, lama-lama ya aku biarkan saja, lagipula aku menikmatinya kok.

“Neng, Bapak masukin sekarang aja yah, udah ga tahan daritadi belum rasain itunya Neng” kata Pak Joko mengambil posisi berlutut di depanku.
Dia kemudian membuka pahaku setelah kuanggukan kepala merestuinya, dia arahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke vaginaku, tapi dia tidak langsung menusuknya tapi menggesekannya pada bibir kemaluanku sehingga aku berkelejotan kegelian dan meremas penis Taryo yang sedang menjilati leher di bawah telingaku.
“Aahh.. Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih!” desahku tak tertahankan.
Aku meringis saat dia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku telah terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak keluar masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh.

“Wah.. seret banget memeknya Neng, kalo tau gini udah dari dulu Bapak entotin” ceracaunya.
“Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim” kataku dalam hati.
Setelah 15 menit dia genjot aku dalam posisi itu, dia melepas penisnya lalu duduk berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan refleks akupun menggenggam penis itu sambil menurunkan tubuhku hingga benda itu amblas ke dalamku. Dia memegangi kedua bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami mulai menggoyangkan tubuh kami. Desahan kami bercampur baur dengan bunyi kecipak air kolam, tubuhku tersentak-sentak tak terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan mulut mereka. Pak Joko memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vagina seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, sepertinya dia tak habis pikir betapa untungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang gadis muda yang pasti sudah lama tidak dirasakannya.

Goyangan kami terhenti sejenak ketika Taryo tiba-tiba mendorong punggungku sehingga pantatku semakin menungging dan payudaraku makin tertekan ke wajah Pak Joko. Taryo membuka pantatku dan mengarahkan penisnya ke sana
“Aduuh.. pelan-pelan Tar, sakit tau.. aww!” rintihku waktu dia mendorong masuk penisnya.
Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku menjerit sejadi-jadinya ketika Taryo menyodok pantatku dengan kasar, kuomeli dia agar lebih lembut dikit. Bukannya mendengar, Taryo malah makin buas menggenjotku. Pak Joko melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku agar aku tidak terlalu ribut.

Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya sampai aku merasakan tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit panjang dan memeluk Pak Joko erat-erat sampai kukuku mencakar punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai akhirnya melemas kembali dalam dekapan Pak Joko. Namun mereka masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini. Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga. Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-kuat oleh Pak Joko, dan Taryo menjambak rambutku. Aku lalu merasakan cairan hangat menyembur di dalam vagina dan anusku, di air nampak sedikit cairan putih susu itu melayang-layang. Mereka berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih tertancap.

Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengajak mereka naik ke atas. Sambil mengelap tubuhku yang basah kuyup, aku berjalan menuju kamar mandi. Eh.. ternyata mereka mengikutiku dan memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya mereka senang. Disana aku cuma duduk, merekalah yang menyiram, menggosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian kemaluan dan payudaraku paling lama mereka sabuni sampai aku menyindir
“Lho.. kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres dong, dingin nih” disambut gelak tawa kami.
Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu mereka bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.

Hari itu aku dikerjai terus-menerus oleh mereka sampai mereka menginap dan tidur denganku di ranjang spring bed-ku. Sejak itu kalau ada sex party di vila ini, mereka berdua selalu diajak dengan syarat jangan sampai rahasia ini bocor. Aku senang karena ada alat pemuas hasratku, mereka pun senang karena bisa merasakan tubuhku dan teman-teman kuliahku yang masih muda dan cantik. Jadi ada variasi dalam kehidupan seks kami, tidak selalu main sama teman-teman cowok di kampus. Lain hari aku akan menceritakan bagaimana jahilnya aku mengerjai teman-teman kuliahku sehingga mereka jatuh ke tangan Pak Joko dan Taryo dan juga pengalaman-pengalamanku lainnya, harap sabar yah, soalnya kan aku juga sibuk, tidak bisa terus-terusan menulis di cerita-indah.net.

E N D
Akibat Berenang Bugil
Oleh milenia
Ditulis: 31 January 2008
Cetak Email

Hari itu, sekitar jam 12 siang, aku baru saja tiba di vilaku di puncak. Pak Joko, penjaga vilaku membukakan pintu garasi agar aku bisa memarkirkan mobilku. Pheew.. akhirnya aku bisa melepaskan kepenatan setelah seminggu lebih menempuh UAS. Aku ingin mengambil saat tenang sejenak, tanpa ditemani siapapun, aku ingin menikmatinya sendirian di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota. Agar aku lebih menikmati privacy-ku maka kusuruh Pak Joko pulang ke rumahnya yang memang di desa sekitar sini. Pak Joko sudah bekerja di tempat ini sejak papaku membeli vila ini sekitar 7 tahun yang lalu, dengan keberadaannya, vila kami terawat baik dan belum pernah kemalingan. Usianya hampir seperti ayahku, 50-an lebih, tubuhnya tinggi kurus dengan kulit hitam terbakar matahari. Aku daridulu sebenarnya berniat mengerjainya, tapi mengingat dia cukup loyal pada ayahku dan terlalu jujur, maka kuurungkan niatku.

“Punten Neng, kalau misalnya ada perlu, Bapak pasti ada di rumah kok, tinggal dateng aja” pamitnya.
Setelah Pak Joko meninggalkanku, aku membereskan semua bawaanku. Kulempar tubuhku ke atas kasur sambil menarik nafas panjang, lega sekali rasanya lepas dari buku-buku kuliah itu. Cuaca hari itu sangat cerah, matahari bersinar dengan diiringi embusan angin sepoi-sepoi sehingga membuat suasana rileks ini lebih terasa. Aku jadi ingin berenang rasanya, apalagi setelah kulihat kolam renang di belakang airnya bersih sekali, Pak Joko memang telaten merawat vila ini. Segera kuambil perlengkapan renangku dan menuju ke kolam.

Sesampainya disana kurasakan suasanya enak sekali, begitu tenang, yang terdengar hanya kicauan burung dan desiran air ditiup angin. Tiba-tiba muncul kegilaanku, mumpung sepi-sepi begini, bagimana kalau aku berenang tanpa busana saja, toh tidak ada siapa-siapa lagi disini selain aku lagipula aku senang orang mengagumi keindahan tubuhku. Maka tanpa pikir panjang lagi, aku pun melepas satu-persatu semua yang menempel di tubuhku termasuk arloji dan segala perhiasan sampai benar-benar bugil seperti waktu baru dilahirkan. Setelah melepas anting yang terakhir menempel di tubuhku, aku langsung terjun ke kolam. Aahh.. enak sekali rasanya berenang bugil seperti ini, tubuh serasa lebih ringan. Beberapa kali aku bolak-balik dengan beberapa gaya kecuali gaya kupu-kupu (karena aku tidak bisa, hehe..)

20 menit lamanya aku berada di kolam, akupun merasa haus dan ingin istirahat sebentar dengan berjemur di pinggir kolam. Aku lalu naik dan mengeringkan tubuhku dengan handuk, setelah kuambil sekaleng coca-cola dari kulkas, aku kembali lagi ke kolam. Kurebahkan tubuhku pada kursi santai disana dan kupakai kacamata hitamku sambil menikmati minumku. Agar kulitku yang putih mulus ini tidak terbakar matahari, kuambil suntan oilku dan kuoleskan di sekujur tubuhku hingga nampak berkilauan. Saking enaknya cuaca di sini membuatku mengantuk, hingga tak terasa aku pun pelan-pelan tertidur. Di tepi kolam itu aku berbaring tanpa sesuatu apapun yang melekat di tubuhku, kecuali sebuah kacamata hitam. Kalau saja saat itu ada maling masuk dan melihat keadaanku seperti itu, tentu aku sudah diperkosanya habis-habisan.

Ditengah tidurku aku merasakan ada sesuatu yang meraba-raba tubuhku, tangan itu mengelus pahaku lalu merambat ke dadaku. Ketika tangan itu menyentuh bibir kemaluanku tiba-tiba mataku terbuka dan aku langsung terkejut karena yang kurasakan barusan ternyata bukan sekedar mimpi. Aku melihat seseorang sedang menggerayangi tubuhku dan begitu aku bangun orang itu dengan sigapnya mencengkram bahuku dan membekap mulutku dengan tangannya, mencegah agar aku tidak menjerit. Aku mulai dapat mengenali orang itu, dia adalah Taryo, si penjaga vila tetangga, usianya sekitar 30-an, wajahnya jelek sekali dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung dan matanya yang lebar itu tepat di depan wajahku.
“Sstt.. mendingan Neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi, jadi jangan macam-macam!” ancamnya
Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, lalu dia pelan-pelan melepaskan bekapannya pada mulutku
“Hehehe.. udah lama saya pengen ngerasain ngentot sama Neng!” katanya sambil matanya menatapi dadaku
“Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, gak usah kaya maling gitu!” kataku sewot.

Ternyata tanpa kusadari sejak berenang dia sudah memperhatikanku dari loteng vila majikannya dan itu sering dia lakukan daridulu kalau ada wanita berenang di sini. Mengetahui Pak Joko sedang tidak di sini dan aku tertidur, dia nekad memanjat tembok untuk masuk ke sini. Sebenarnya aku sedang tidak mood untuk ngeseks karena masih ingin istirahat, namun elusannya pada daerah sensitifku membuatku BT (birahi tinggi).
“Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, dari tadi pegang-pegang doang beraninya!” tantangku.
“Hehe, iya Neng abis tetek Neng ini loh, montok banget sampe lupa deh” jawabnya seraya melepas baju lusuhnya.
Badannya lumayan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya yang sudah tegang cukup besar, seukuran sama punyanya si Wahyu, tukang air yang pernah main denganku (baca Tukang Air, Listrik, dan Bangunan).

Dia duduk di pinggir kursi santai dan mulai menyedot payudaraku yang paling dikaguminya, sementara aku meraih penisnya dengan tanganku serta kukocok hingga kurasakan penis itu makin mengeras. Aku mendesis nikmat waktu tangannya membelai vaginaku dan menggosok-gosok bibirnya.
“Eenghh.. terus Tar.. oohh!” desahku sambil meremasi rambut Taryo yang sedang mengisap payudaraku.
Kepalanya lalu pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di kemaluanku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya bermain-main di sana ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak keluar masuk. Aku sampai meremas-remas payudara dan menggigit jariku sendiri karena tidak kuat menahan rasanya yang geli-geli enak itu hingga akhirnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan cairan hangat. Dengan merem melek aku menjambak rambut si Taryo yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Taryo melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan cintaku.

Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri pada mulutnya yang belepotan cairan itu. Aku agak kewalahan dengan lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalahnya nafasnya agak bau, entah bau rokok atau jengkol. Setelah beberapa menit baru aku bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami saling membelit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia juga menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat sampai wajahku basah oleh liurnya.
“Gua ga tahan lagi Tar, sini gua emut yang punya lu” kataku.
Si Taryo langsung bangkit dan berdiri di sampingku menyodorkan penisnya. Masih dalam posisi berbaring di kursi santai, kugenggam benda itu, kukocok dan kujilati sejenak sebelum kumasukkan ke mulut.

Mulutku terisi penuh oleh penisnya, itu pun tidak menampung seluruhnya paling cuma masuk 3/4nya saja. Aku memainkan lidahku mengitari kepala penisnya yang mirip helm itu, terkadang juga aku menjilati lubang kencingnya sehingga tubuh pemiliknya bergetar dan mendesah-desah keenakan. Satu tangannya memegangi kepalaku dan dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga aku gelagapan.
“Eemmpp.. emmphh.. nngg..!” aku mendesah tertahan karena nyaris kehabisan nafas, namun tidak dipedulikannya. Kepala penis itu berkali-kali menyentuh dinding kerongkonganku. Kemudian kurasakan ada cairan memenuhi mulutku. Aku berusaha menelan cairan itu, tapi karena banyaknya cairan itu meleleh di sekitar bibirku. Belum habis semburannya, dia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku juga basah kecipratan maninya.

Kulepaskan kacamata hitam itu, lalu kuseka wajahku dengan tanganku. Sisa-sisa sperma yang menempel di jariku kujilati sampai habis. Saat itu mendadak pintu terbuka dan Pak Joko muncul dari sana, dia melongo melihat kami berdua yang sedang bugil. Aku sendiri sempat kaget dengan kehadirannya, aku takut dia membocorkan semua ini pada ortuku.
“Eehh.. maaf Neng, Bapak cuma mau ngambil uang Bapak di kamar, ga tau kalo Neng lagi gituan” katanya terbata-bata.
Karena sudah tanggung, akupun nekad menawarkan diriku dan berjalan ke arahnya.
“Ah.. ga apa-apa Pak, mending Bapak ikutan aja yuk!” godaku.
Jakunnya turun naik melihat kepolosan tubuhku, meskipun agak gugup matanya terus tertuju ke payudaraku. Aku mengelus-elus batangnya dari luar membuatnya terangsang.

Bersambung Bab:2
Ine pembantu kecilku
Oleh milenia
Ditulis: 31 January 2008
Cetak Email

Pelampiasannya paling aku masturbasi sambil melihat gambar-gambar XX yang aku dapatkan dari situs-situs lolita. Tapi aku bosan juga dan hasrat ingin nge-gituin si Ine semakin besar saja. Sepertinya aku sudah tidak tahan.

Akhirnya pada suatu waktu, aku mendapat kabar yang amat sangat bagus, ternyata orangtuaku mau pindah ke luar negeri, karena bapakku ditugasi ke luar negeri selama 2 tahun. Jadi, aku tidak perlu takut dia mengadu sama ibuku, paling aku ancam sedikit dan aku kasih duit dia diam. Setelah kepergian orangtuaku ke luar negeri, aku langsung punya banyak planning untuk ngerjain dia. Yang pasti aku sudah malas membius-bius segala. Soalnya dia diam saja, tidak seru! Ya sudah aku merencanakan untuk memaksa dia saja (eh, kalau ini termasuk pemerkosaan tidak sih?).

Pada suatu hari, ketika Ine sedang mandi. Kuintip dia. Biasalah, cuma kelihatan belakangnya saja, tapi aku jadi bisa mengantisipasi kalau dia sudah selesai mandi langsung aku sergap saja. Untungnya setelah dia selesai mandi, keluar kamar mandi menuju kamarnya hanya memakai handuk saja tidak pakai apa-apa lagi. Begitu keluar kamar mandi langsung kututup mulutnya dan kupeluk dari belakang, dia-nya meronta-ronta. Cuma tenagaku sama tenaga anak umur 12 tahun menang mana sih. Kubawa masuk ke kamar dia saja. Soalnya kalau ke kamar aku jauh. Nanti kalau dia meronta-ronta malah lepas lagi. Pas masuk kamar dia kujatuhkan dia ke kasur sambil menarik handuknya. Dia kelihatan ketakutan sekali dengan tubuh tidak mengenakan apa-apa.
“Mas Andi, jangan Mas” mohonnya.
“Tidak apa-apa lagi Ne.. Paling sakitnya sedikit entar kamu pasti akan ngerasain enaknya”, kataku.
Dia kelihatan seperti mau teriak, langsung saja kututup mulutnya.
“Jangan coba-coba teriak ya!” hardikku.
Dia mulai menangis. Aku jadi sedikit kasihan, tapi setan sudah menguasai tubuhku.
“Cobain enaknya deh..” kataku.
Sambil tetap menutup mulutnya kuraba dan kuelus payudaranya itu.
“Santai aja, jangan nangis. Nikmati enaknya kalo payudara kamu di elus-elus”, kataku.

Setelah kulepas tanganku dari mulut dia, langsung kucium bibirnya. Ternyata dia lumayan menikmati ciuman sambil payudaranya tetap kuremas-remas. “Enak kan?” kataku. Dia diam saja. Terus kubuka CD-ku. Kukeluarkan batang kemaluanku. Dia kaget dan takut.
“Tolong pegangin anuku donk.. dipijitin ya..” pintaku.
Pertama-tama dia takut-takut untuk memegang anuku, tapi setelah lama dipegang sama dia, dia mulai memijiti. Wah, rasanya enak sekali anuku dipijiti sama dia. Setelah itu dia kusuruh tiduran,
“Mas mau ngapain?” tanyanya.
“Aku mau ngasih sesuatu hal yang paling enak, kamu nikmatin aja” jawabku.
Kubuka belahan pahanya, pertama dia tidak mau buka, tapi setelah kubujuk dia akhirnya membuka pahanya dan kujilati kemaluannya sampai ke klitorisnya. Dia mendesah-desah keenakan. “Tuh kan enak”, kataku. Kujilati sampai keluar cairannya.

Aku merasa pemanasan sudah cukup, begitu kusiapkan batang kemaluanku ke depan liang kemaluannya dia menangis lagi dan berbicara,
“Jangan Mas, saya masih perawan.”
“Saya juga tau kok kamu masih perawan”, jawabku.
Aku tetap bersikeras untuk menyetubuhinya. Pas aku mau mendorong kemaluanku masuk ke dalam liang kemaluannya, eh dia meronta dan mau lari. Dengan cepat kutangkap. Wah, susah nih pikirku. Kebetulan di kamar dia kulihat ada tali untuk jemuran, kuambil dan kuikat saja tangan dan kakinya ke tempat tidur.
“Aku tahu kamu masih perawan, abis gimana lagi aku udah amat terangsang”, kataku.
Dia memandangku dengan tatapan memohon dan sambil dengan keluar air mata.
“Atau kamu lebih suka lewat pantat, biar perawan tetap terjaga?” tanyaku.
“Iya deh Mas, lewat pantat aja ya.. tapi tidak apa-apa kan Mas? Nanti bisa rusak tidak pantat saya?” jawabnya.
“Tidak apa-apa kok”, jawabku.
Ya, sudah kulepaskan talinya. Aku tanya sama dia, dia punya lotion atau tidak, soalnya kalau lewat pantat harus ada pelicinnya. Terus dia bilang punya. Kuambil dan kuolesi ke pantatnya dan kuolesin juga ke kemaluanku.

Langsung saja aku ambil posisi dan si Ine posisinya menungging dan pantatnya terlihat jelas. Aku mulai masukkan ke pantatnya. Pertama agak susah, tapi karena sudah diolesi lotion jadi agak lancar.
“Sslleb.. ahh.. enak sekali”, jepitan pantatnya sangat kuat.
“Aduh.. Mas, sakit Mas..” rintihnya.
“Tahan sedikit ya Ne..” kataku.
Langsung saja kugenjot. “Gile banget, enaknya minta ampun..” Terus aku berfikir kalau lewat kemaluannya lebih enak apa tidak ya? masih perawan lagi. Ah, lewat kemaluannya saja dech, peduli amat dia mau apa tidak. Kulepaskan batang kemaluanku dari pantatnya. Aku membalikkan badannya terus kuciumi lagi bibirnya sambil meremas payudaranya.
“Udahan ya Mas, saya sudah cape..” pintanya.
“Bentar lagi kok”, jawabku.
Setelah itu langsung kutindih saja badannya.
“Lho Mas mau ngapain lagi?” tanyanya sambil panik tapi tak bisa ngapa-ngapain karena sudah kutindih.
“Tahan dikit ya Ne..” kataku.
Langsung kututup mulutnya pakai tanganku dan batang kemaluanku kuarahkan ke liang kemaluannya. Dia terus meronta-ronta. Ine menangis lagi sambil berusaha teriak tapi apa daya mulutnya sudah kututup. Akhirnya batang kemaluanku sudah sampai tepat di depan lubang kemaluannya.

Aku mau masukkan ke lubangnya susahnya minta ampun, karena masih rapat barangkali ya? Tapi akhirnya kepala kemaluanku bisa masuk dan begitu kudorong semua untuk masuk, mata Ine terlihat mendelik dan agak teriak tapi mulutnya masih kututup dan terasa olehku seperti menabrak sesuatu oleh kemaluanku di dalam liang kemaluannya. Selaput dara mungkin, kuteruskan ngegituin dia walaupun dia sudah kelihatan sangat kesakitan dan berurai air mata. Kucoba lepas tanganku dari mulutnya. Dia menangis sambil mendesah, aku makin terangsang mendengarnya. Kugenjot terus sambil kupilin-pilin putingnya. Pada akhirnya aku keluar juga. Kukeluarkan di dalam luabang kemaluannya. Pas kucabut kemaluanku ternyata ada darah yang mengalir dari liang kemaluannya. Wah, aku merenggut keperawanan seorang anak gadis.
“Ine.. sorry ya.. tapi enak kan. Besok-besok mau lagi kan..” tanyaku.
Dia masih sesenggukan, dia bilang kalo kemaluannya terasa sakit sekali. Aku bilang paling sakitnya cuma sehari setelah itu enak.

Besok-besok dia aku kasih obat anti hamil dan aku bisa berhubungan dengan dia dengan bebas. Ternyata setelah setahunan aku bisa bebas berhubungan dengan dia, dia minta pulang ke kampung katanya dia dijodohi sama orangtuanya. Kuberikan uang yang lumayan banyak. Soalnya dia tidak balik lagi.
“Inget ya Ne.. kalo kamu lagi pingin begituan dateng aja ke sini lagi ya..”

Begitulah kisahku dan aku tetap suka sama cewek yang imut-imut. Kenapa ya? apa aku fedofil? Tapi sepertinya tidak deh, Soalnya yang kusuka itu harus punya payudara walaupun kecil. Jadi sepertinya aku bukan pedofil, Ok.

Tamat
Piala Bergilir
Oleh milenia
Ditulis: 31 January 2008
Cetak Email

Pada suatu hari, aku pulang sekolah agak malam yaitu sekitar pukul 8, soalnya banyak tugas club yang harus dikerjakan dan besoknya harus dikumpulkan. Akhirnya malam itu aku bersama teman-temanku selesai mengerjakan tugas membuat web site club sepak bola di sekolahku. Ooo.. iya aku lupa berkenalan. Aku orang Bandung, dan aku sekarang kelas 1 SMU. Namaku Vicka. Lalu aku menyerahkan disket itu kepada temenku (ketua kelompok) untuk diserahkan kepada guruku besoknya.
Lalu setelah pulang, aku dan temenku berpencar, karena rumahku dekat, maka aku memilih untuk mengambil jalan pintas sebab aku jalan kaki. Pada saat aku melewati gang yang gelap, maka aku sepertinya dibius oleh seseorang. Setelah aku sadar, aku sudah berada di tempat tidur dan aku tidak tahu dimana aku sekarang. Yang kutahu sekarang aku berada dengan 3 orang laki-laki. Laki-laki itu membawa kamera dan handycam. Pada saat itu aku nggak tahu aku mau diapakan, dan kepalaku masih sangat pusing dan tubuhku lemas sekali.

Lalu salah satu laki-laki itu mendatangiku dan melepas bajunya sampai telanjang bulat. Saat itu pula aku sadar kalau aku mau diperkosa. Lalu laki-laki itu ganti melucuti pakaianku satu persatu, sampe pada saat mau melepas BH dan CD-ku aku berusaha untuk melawan tetapi aku tidak bisa karena kepalaku masih sangat pusing dan tubuhku masih lemas. Lalu akhirnya pria itu berhasil melepas semua pakaian yang ada di tubuhku, dan akhirnya aku telanjang bulat. Dia lalu mulai meraba-raba seluruh lekuk tubuhku, aku melihat penisnya yang mulai membesar dan menegang, lalu penisnya digesek-gesekkan ke kaki, perut dan payudaraku.

Entah kenapa tubuhku merasa geli dan payudaraku merasa mengeras. Setelah puas meraba-raba tubuhku yang telanjang bulat, lalu dia mulai memasang semacam alat. Dia berkata kepada temannya, “Ambilkan aku alat kondom”. Dan ternyata aku baru sadar bahwa tujuannya berikutnya adalah di vaginaku. Dan aku baru sadar pula bahwa sejak tadi aku telah direkam oleh HandyCam dan oleh kamera foto. Lalu orang itu memasang alat kontrasepsi tersebut ke penisnya yang tegang. Dan seketika itu juga vaginaku dimasuki oleh penisnya bagaikan pesawat roket yang meluncur ke lubang kecil.

Pada saat pertama kalinya penisnya masuk ke vaginaku, vaginaku terasa sakit, tetapi setelah beberapa menit berlalu vaginaku terasa nikmat dan geli, orang itu memompa terus penisnya ke vaginaku, dan akhirnya vaginaku mengeluarkan cairan putih kental, dan sedikit darah, aku tahu mungkin vaginaku sudah berlobang karena dimasuki oleh roket yang ditembakkannya padaku. Seketika itu juga badanku terasa lebih lemas, dan baru pertama kalinya dalam hidupku ada perasaan yang bercampur aduk semacam ini.

Aku semakin meronta dan mendesah, “Ahh.. ahh.. ahh”, tetapi dia belum puas dan terus menciumiku dan meraba-raba payudaraku yang mengeras. Setelah beberapa menit berlalu aku sampai tidak bisa apa-apa karena tubuhku sudah tidak bisa digerakkan karena terlalu lemasnya. Setelah sekitar satu jam dia meniduriku, dia kelihatannya sudah puas dan memberi aku waktu untuk bernafas. Dia memberiku istirahat selama kurang lebih dua jam, setelah sadar aku melihat pria yang satunya lagi membuka bajunya sampai telanjang bulat. Aku takut sekali jangan-jangan mereka bertiga akan memperkosaku bergantian.

Tetapi ketakutanku ini menjadi kenyataan, pria yang kedua itu kembali meniduriku dan meraba-raba tubuhku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia juga membawa bulu sulak, dan mengesek-gesekkan bulu itu ke kakiku dan setelah itu ke payudaraku dan setelah itu baru ke vaginaku. Aku merasa geli luar biasa di dalam hidupku. Setelah puas bermain-main dengan tubuhku, maka ia mulai memasukkan roketnya ke dalam vaginaku, dan ini roket dari jenis yang ke 2 yang masuk ke dalam vaginaku. Setelah itu dia memompa dengan sekuat tenaga sampai keluar cairan lagi dan tubuhku kembali lemas, dia meniduriku selama kurang lebih satu jam dengan posisi tubuh tengkurap.

Setelah itu aku diberi waktu istirahat kembali kurang lebih 1 jam. Setelah ini aku berfikir bahwa orang ketiga ini akan memperkosaku seperti yang lainnya, dan aku akan pasrah. Dan benar, dia kemudian memompa penis yang sudah dilengkapi dengan alat kontrasepsi. Tetapi orang ini liar sekali. Dia ini lain dari kedua temannya yang membuat aku nikmat. Dia ini memompa penisnya dengan liar dan dengan sekuat tenaga, dia mengabaikan rontaanku dan desahanku yang semakin keras suaranya. Dia menikmati tubuhku selama kurang lebih 2 jam. Dan entah rasanya ini apa, tetapi aku sangat mengantuk atau aku sedang pingsan aku tidak tahu.

Setelah aku bangun, kamar ini dalam keadaan kosong, dan aku melihat tubuhku sendiri yang masih dalam keadaan telanjang bulat dan dengan penuh cairan-cairan kental. Lalu aku berniat bangun dari tempat tidur itu, tetapi aku mengalami kesulitan karena tubuhku masih lemas karena telah diperkosa oleh 3 orang secara bergantian. Tetapi aku berusaha kembali dengan sekuat tenagaku untuk bangun, dan aku mencari pakaian seragamku yang kupakai tadi malam. Tetapi seragam itu sudah tidak ada.

Lalu aku berjalan ke pintu keluar, dan aku terkejut karena rumah ini begitu besar. Dengan tubuh yang telanjang maka aku menuju ke suatu ruangan, mungkin ini adalah ruang tamu, dan aku mendengar seseorang telah menelepon seseorang. Katanya, “Ya, aku telah menikmati tubuh gadis itu, kalau kamu tidak percaya aku dapat memperlihatkan rekaman kejadian yang nikmat semalam kepada kamu, dia lumayan cantik dan rasanya nikmat sekali, tubuhnya putih sekali, lebih putih di luar dugaanku kalau kamu mau mencoba, kamu boleh datang ke rumahku. Apa? Minggu depan? Tidak usah kuatir itu bisa diatur. Sekarang kamu kalah dan aku beri waktu sampai nanti sore untuk memberikan uangnya kepadaku”.

Aku baru sadar bahwa aku adalah barang taruhan, dan jika dia berhasil menikmati tubuhku maka di menang. Lalu aku memberanikan diri untuk mengintip ruangan itu dan aku melihat pakaianku di dekatnya. Maka aku menemuinya dan memintanya, tetapi dia berkata, “Baik ini ambil pakaianmu, tetapi CD, kaos dalam, dan BH mu aku bawa untuk kenang kenangan. Jangan mencoba untuk melaporkan kejadian ini ke polisi, kalau kamu tidak ingin tahu semua temanmu tahu akan hal ini. Kalau kamu kusuruh datang ke sini, maka kamu harusa datang, jika kamu menolak, maka aku akan menyebarkan rekaman dan foto-foto itu kepada seluruh teman-temanmu. Aku sudah membuat surat palsu bahwa kamu tidak masuk ke sekolah hari ini karena sedang sakit. Setiap jam istirahat pertama kamu harus menemui aku di kelasku, di 3 IPA 2, dan kamu setiap sekolah jangan memakai CD dan BH, terutama pada saat olahraga. Kalau kamu tidak menaati peraturan ini, kamu akan kukimkan ke tempat pelacuran selama semalam”.

Aku menyetujuinya, dan setelah itu dia memberikan pakaianku. Aku merasa deg-degan dan payudaraku kembali mengeras karena aku telanjang bulat di depan seorang laki-laki. Lalu aku memakai pakaian OSIS, dan rasanya aneh sekali, rasanya seperti tidak memakai pakaian sebab payudaraku masih agak terlihat transparan, dan aku tidak memakai CD.

Setelah itu aku pulang dengan taksi, dan aku berusaha menutupi payudaraku yang besar dengan lengan tanganku supaya tidak dilihat oleh supir taksi itu. Tetapi payudaraku masih terasa keras dan tegang sehingga putingnya masih dapat terlihat walaupun transparan.

Aku sampai di rumah sekitar jam 10-an, dan aku tahu bahwa ayah dan ibuku sedang kerja dan tidak ada di rumah. Lalu pembantuku membukakan pintu, tetapi aku masih berusaha menutupi payudaraku agar tidak terlihat. Setelah masuk ke dalam rumah, maka aku langsung ke kamar, lalu mandi dan ganti baju. Aku berusaha mencari alasan jika ditanya oleh ayahku mengapa aku kemarin tidak pulang. Akhirnya aku mendapatkan alasan yang tepat. Aku khan sering pergi ke rumah saudaraku di dekat sekolahku dan kadan-kadang tanpa izin terlebih dulu.

Lalu aku tidur sampai sore, dan ayahku pulang, lalu aku bilang kepada ayahku bahwa aku kemarin tidak pulang ke rumah karena sudah terlalu malam dan aku menginap ke rumah saudara. Setelah besoknya aku sekolah maka sesuai persetujuan, aku tidak memakai BH dan CD untuk ke sekolah, dan aku hanya memakai kaos dalam dan seragam pramuka. Sesampai di sekolah aku merasa asing dan malu jangan-jangan ada yang tahu kalau aku diperkosa. Tetapi aku berusaha PD, dan tidak memikirkan kejadian itu, tetapi aku tidak bisa, bahkan di dalam pelajaran pun aku tetap memikirkan kejadian semalam.

Setelah istirahat pertama, maka aku mencari kelas 3 IPA 2, dan aku tahu bahwa mereka bertiga adalah teman sekelas. Lalu mereka pura-pura baik padaku, dan akhirnya aku tahu nama-nama mereka satu per-satu. Yang memperkosaku pertama kali bernama Andi, yang kedua bernama Erick, yang ketiga bernama Deni. Lalu Andi memperkenalkan aku kepada teman-teman sekelasnya seolah-olah aku ini adalah pacarnya. Mereka lalu mengatakan bahwa mereka mengincar aku sejak lama, dan sejak aku bertugas sebagai pengibar bendera, maka mereka melihat ada murid baru yang cantik dan bodynya bangkok, dengan payudara yang besar pula untuk gadis seumuranku. Lalu setelah ia tahu bahwa aku akan pulang malam pada saat itu, maka mereka merencanakan niat itu.

Lalu aku dipaksa duduk di sebelahnya dan memasukkan tangannya ke dalam rokku untuk memastikan bahwa aku tidak memakai CD. Ternyata tidak cuma itu saja dia terus-terusan meraba-raba Vaginaku sehingga terasa geli dan akhirnya Payudaraku mengeras lagi. Lalu Andi membuat jadual aku harus disuruh ke rumahnya hari selasa, kamis, dan sabtu.
Kalau selasa untuk Erik, kalau Kamis untuk Deni, dan kalau sabtu untuk Andi. Dan Andi bilang kalau besok sabtu aku akan dijemput, pacaran dulu baru buka-bukaan.

Aku tahu bahwa mereka itu cuma ingin menikmati tubuhku dan nggak akan membuat telanjang. Pada saat berhubungan bersama Andi aku terkejut mengapa Andi nggak pake kondom? Lalu aku sangat takut klo aku bakal hamil, dan ternyata Andi memompa penisnya di bawah payudaraku, di atasnya perut, dan tubuhku penuh dengan cairan lengket. Lalu Andi mengambil kondomnya dan memasangnya, lalu memompanya di dalam Vaginaku sampai Pagi.

Aku juga merasa hubungan itu hubungan yang nikmat dan enak, membuat tubuh terasa geli. Dan aku sekarang tahu banyak dari pengalaman sex bersama mereka. Dan aku diajari bermacam-macam gaya, seperti gaya 69. Setelah nanti keluar cairan pasti tubuh ini akan lemas sedikit, tetapi akan merasa nikmat. Pernah juga aku diolok-olok sama teman sekelas gara-gara aku nggak pake BH saat olahraga. Pada saat itu olahraga sedang latihan lari, dan temanku melihat dan memperhatikan bahwa payudaraku terlihat bergoyang kencang sekali dan terlihat besar. Maka mereka bertanya kepadaku, “Vic, kamu nggak pake BH ya?”. Aku berbohong dan menjawab, “Pake koq”. Karena teman-temanku banyak yang nakal, setelah gurunya pergi lalu mereka bersama-sama memegangi tubuhku dan lainnya membuka bajuku untuk membuktikan bahwa aku nggak pake BH.

Lalu kaos olahragaku dibuka dan mereka melihat bahwa aku benar-benar tidak pake BH. Lalu teman-teman pada mengejekku dan menertawakanku. Lalu aku cepat-cepat menutupi payudaraku dan dalam pikiranku adalah menunggu mereka pergi dulu baru memakai kaos lagi. Tetapi si Susan tidak puas dan dia menghasut teman-teman begini katanya, “Jangan-jangan dia juga nggak pake CD, kita lepas celananya aja yuk.” Lalu mereka kembali memegangi tubuhku dan melempar kaos yang sedang kupegang ke lapangan, dan si Susan langsung melepas celanaku dan melempar celanaku ke tengah lapangan.

Pada saat itu aku merasa malu yang luar biasa selama hidupku. Aku pada saat itu telanjang bulat di hadapan teman-teman sekelasku. Dan mereka pada tertawa, mereka malah menggodaku dengan membawa lari kaos dan celanaku. Dan aku mengejar mereka dengan tubuh tanpa busana di lapangan basket sekolahku. Lalu rasanya aku hampir menangis. Dan setelah puas menggoda aku, maka si Dewi mengembalikan baju dan celana kepadaku. Ini pengalaman pertamaku lari bugil di lapangan dan dilihat banyak orang. Aku malu sekali, karena vaginaku sudah berbulu dan payudaraku menjadi besar karena telanjang di hadapan orang banyak.

Lalu teman-temanku mengejekku bahwa payudaraku besar sekali untuk gadis yang baru berusia 16 tahun. Yang menjadi beban mentalku yang lain adalah aku seringkali digoda oleh teman-temanku dan menyuruh aku menari telanjang di depan kelas jika guru tidak ada atau pada saat pelajaran kosong. Dan kalau aku tidak mau maka mereka menjadi liar, mereka mengunci pintu keluar kelas, dan menyuruh satu orang untuk mengawasi jika ada guru yang datang, lalu mereka menggendongku, melepas semua pakaianku sampai telanjang bulat, dan mengikatku di atas meja, dan bukan cuma laki-laki yang mengerumuniku tetapi juga banyak juga yang perempuan, mereka semuanya mempermainkan tubuhku, menggerayangi semua tubuhku dari ujung rambut sampai telapak kaki.

Mereka mencubiti aku bagaikan barang dagangan. Ada pula yang mempermainkan payudaraku bagaikan susu sapi. Bahkan ada yang membawa gunting untuk menggunting bulu-bulu vaginaku. Tubuhku terasa geli sekali dan merasa bahwa aku ini hanyalah seperti barang dagangan yang dipertontonkan orang banyak

Tamat
Wawancara Tragis
Oleh milenia
Ditulis: 31 January 2008
Cetak Email

Kita semua mengetahui di daerah Papua sekarang sedang terjadi suatu kegitan yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itulah maka sebuah stasiun televisi swasta mengirim seorang presenternya untuk meliput dari dekat kegiatan dari organisasi Papua Merdeka yang dipimpin oleh seorang Papua yang bernama Weweko. Untuk itu sebagai reporter ditunjuk Ariana Herawati yang dikenal bagus dalam wawancara ditambah telah berpengalaman. Karena ditugaskan oleh Dewan Redakturnya maka Ariana yang saat itu sedang menikmati bulan madunya yang baru 1 bulan tidak dapat mengelak, sedang suaminya memang agak keberatan karena Arie harus bertugas di pedalaman Papua selama 1 minggu. Ia khawatir akan keselamatan istrinya yang baru 1 bulan dinikahinya, namun karena tidak ingin menghambat karir istrinya dengan terpaksa Dono mengijinkannya.

Setibanya di bandara Timika Papua, Ari dijemput oleh rekan krunya. Dari bandara mereka langsung menuju hotel dan mempersiapkan peralatan yang akan mereka bawa. Dari hotel, keesokan harinya rekan Ariana dijemput dengan sebuah mobil dan langsung berangkat ke tempat yang telah mereka rencanakan. Rombongan tersebut terdiri dari 1 orang kru kantor, dan satu orang lagi penunjuk jalan ditambah dengan Ariana sendiri.

Setibanya di tempat tujuan, kru tersebut harus menyeberangi sungai yang amat deras dan dalam mempergunakan sebuah perahu. Ketika sampai di seberang sungai mereka harus berjalan kaki lagi selama 5 jam dari tempat itu, perjalanan itu melewati hutan pedalaman yang amat besar. Di tempat yang telah disepakati dengan OPM tersebut mereka menunggu dengan sangat khawatir sebab mereka telah terlebih dahulu tiba. Kurang lebih 1 jam menunggu, para OPM tersebut datang dengan pasukannya lengkap. Di dalam gubuk yang telah disediakan, Ariana diperkenalkan dengan Weweko yang memimpin pasukan pemberontak tersebut, namun mereka terlebih dahulu digeledah peralatannya tidak terkecuali pakaian Ariana mereka geledah. Ini adalah tahap pertama Ariana mengalami pelecehan sexual dengan nakal. Para tentara OPM menggerayangi pakaian dan anggota tubuhnya dengan kasar. Hal ini membuat Ariana agak sedikit takut dan menyalahkan dirinya sendiri yang ia akui hanya ia sendiri yang wanita dalam rombonggan itu. Ariana agak bergidik ketakutan jika melihat sorot mata Weweko, sebab saat bersalaman tadi mata Weweko tidak jauh dari memandang daerah sensitif tubuhnya, ditambah para pengawal yang sangat sadis kelihatannya.

setelah wawancara dilalukan selama 1 jam, teman-teman Ariana disuruh pulang ke tempat semula dengan mata ditutup tidak terkecuali Ariana. Sambil senjata ditodongkan ke arahnya para teman Ariana bergerak keluar daerah pertemuan. Ariana dibawa ke dalam hutan tanpa sepengetahuannya karena matanya ditutup. Di dalam hutan belantara itu Weweko menggiring Ariana sampai di tendanya yang dikawal ratusan pasukan OPM. Sebagai pimpinan ia amat berkuasa dan ditakuti anak buahnya. Setibanya di tenda, Weweko memerintahkan anak buahnya untuk membuka penutup mata Ariana. Dengan kaget bercampur takut Ariana bertanya mengenai teman-temannya namun dengan santai Weweko mengatakan bahwa Ariana akan mereka tawan sebagai sandera, Ariana sadar bahwa ia telah masuk ke dalam jebakan Weweko dengan terpisahnya ia dari temannya.

“Mau diapakan saya!” tanya Ariana galak. Ariana berteriak keras.
Dengan senyum menakutkan, Weweko berkata, “Sebaiknya nona diam dan menuruti kemauan saya.. sekarang kamu adalah milik saya dan saya berkuasa atas diri nona. Tidak seorangpun mampu membebaskan nona dari hutan papua ini.”
“Sudah lama saya tidak mencicipi tubuh wanita apalagi secantik nona.. Apakah nona mau jadi istri saya?” kata Weweko kemudian.
Ariana bergidik ngeri. Ia tidak bisa membayangkan kebuasan pria Papua ini dalam bercinta. Jika ia diperkosa sudah pasti ia tidak dapat melepaskan diri. Ia hanya diam dan memandang sosok Weweko yang tinggi, hitam, bau dan menjijikan nalurinya. Ia terbayang bagaimana buasnya Weweko menggagahinya jika itu terjadi. Ia masih ingat pesan suaminya, namun nasi telah menjadi bubur, ia telah jatuh ke tangan OPM. Ariana hanya diam duduk dalam keremangan malam yang dingin di dalam tenda yang hanya beralaskan bulu hariamau. Sementara di luar tenda ia melihat para pengawal Weweko dan Weweko sedang berpesta pora dengan menikmati daging babi panggang dan meminum arak. Mereka bernyanyi sepuasnya. Berbeda dengan Ariana, di dalam tenda ia hanya diam dan merasakan dinginnya malam di hutan Papua yang terkenal ganas dan dingin itu. Sesaat kemudian datanglah Weweko membawa makanan untuk Ariana juga minuman untuk menghangatkan badan, namun Ariana hanya memakan sedikit daging ikan. Ia tidak menyukai daging babi, ia tidak terbiasa makan babi, namun atas paksaan Weweko ia akhirnya memakannya juga. Ia juga meminum arak sedikit supaya badannya hangat. Sedang ia dari tadi merasakan dinginnya hutan Papua sampai ketulangnya dan membuat Ariana menggigil.

Dengan mata berbinar, Weweko mendekati Ariana dan berusaha memegang dagunya, namun dikibaskan oleh Ariana. Saat itu, Weweko hanya memakai Koteka dan muka dicat seperti pakaian tradisional Papua, sedang di bagian vitalnya yang panjang hanya ditutupi penutup seadanya, seakan ia akan mengadakan hubungan sexual.
“Jangan marah manis?” Weweko berujar.
“Alangkah asyiknya jika malam yang dingin ini kita berbagi kehangatan dan saling memberi kemesraan.” katanya.
“Cis!” Ariana meludah.
“Tidak sudi aku bermesraan dengan kamu, biadap!” katanya.
Dengan senyum simpul sambil menjilat ludah yang dibuang Ariana tadi, Weweko berusaha memeluk dan menaklukan Ariana. Bau tubuh Weweko membuat Ariana ingin muntah, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan.

Di dalam tenda itu hanya ada ia dan Weweko. Dengan paksa Weweko membuka baju kemeja Ariana dengan robekan di dadanya sehingga tersembul dada montok yang putih tertutup BH. Ini membuat Weweko semakin berusaha untuk menaklukan Ariana. Dengan tangannya Ariana memalangkan tangannya pada dada yang terbuka itu. Payudara yang montok itu tidak bisa ditutupi seluruhnya. Sambil memegang tangan dan memeluknya, Ariana akhirnya menyerah dalam pelukan Weweko. Tidak ada yang terucap dari bibirnya, ia hanya diam, pasrah menanti apa yang akan terjadi. Dengan sekali sentak Ariana ditelentangkan di atas bulu alas tenda itu. Kesempatan ini tidak disia-siakan Weweko ia terus menjelajahi dada dan bibir Ariana dengan buas. Inchi demi inchi tidak luput dari perhatian Weweko ia terus memburu setiap sudut di tubuh Ariana. Saat itu BH Ariana telah tanggal dari tempatnya. Dengan tangannya, Weweko berusaha memilin dan menggigit ujung dari susu Ariana, membuat Ariana hanya menutup matanya, ia tidak sanggup melihat apa yang dikerjakan Weweko atas tubuhnya. Secara naluri seks, birahinya mulai bangkit ditambah udara malam yang begitu dingin.

Sejurus kemudian, celana jeans Ariana dibuka Weweko dan terpampanglah batang paha mulus yang di tengahnya ditutupi segitiga pengaman berwarna merah. Langsung saja tangan Weweko menggusur CD Ariana itu dan dengan jari-jarinya yang besar dan kasar, ia masukkan ke dalam lubang kewanitaan Ariana. Sementara itu mulut Weweko tidak beranjak dari dada Ariana. Dengan naluri binatangnya Weweko melebarkan kaki Ariana dan terkuaklah belahan kewanitaan Ariana yang ditumbuhi bulu dengan daging kecil di belahan itu. Goa itu mulai basah oleh tingkah laku jari tangan Weweko, dan tidak lama kemudian dengan lidahnya Weweko mejilat daging kecil itu selama 15 menit. Secara tiba-tiba mulut Weweko disemprot oleh air mani Ariana dan tertelan oleh Weweko. Inilah saat bagi pria Papua yang ditunggu-tunggu. Apabila sampai menelan air mani wanita maka ia akan menambah keperkasaannya. Dengan merubah posisi, Weweko membuka penutup batang kemaluannya yang terbuat dari tumbuhan itu maka terlihatlah kelaminnya yang panjang dan besar tersebut. Ia bersiap-siap untuk memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Ariana, namun Ariana yang sudah orgasme harus ia ransang dulu dengan memilin payudara dan mengorek-ngorek isi lubang kemaluannya dulu.
Tidak lama kemudian, Ariana telah teransang, barulah Weweko memasukan batang kemaluannya ke dalam lubang kemaluan sempit itu.
“Nona harus mencoba punya saya, jangan coba curang, ya?” kata Weweko dengan kasar.
Ariana yang sudah tidak mengerti dengan keadaan dirinya hanya menurut dan seluruh batang kemaluan Weweko telah masuk kedalam mulutnya dan mencoca menjilatnya dengan gerakan maju mundur. Tidak kurang dari 14 menit, barulah Weweko menyemprotkan maninya ke mulut Ariana. Ariana diharuskan menelannya karena sesuai kepercayaan Papua, apabila seorang wanita telah menelan mani prianya, maka wanita itu akan sulit melepaskan diri dari pria Papua yang menyenggamainya. Beberapa saat setelah Weweko berusaha kembali merubah arah dan posisi mereka, yang saat itu telah berhadap-hadapan dengan tubuh penuh keringat, kedua insan dua ras tersebut berusaha menyudahi perjalanan kenikmatan ragawinya pada tahap akhir.

Dengan terlebih dahulu Weweko memegang kendali, Weweko memancing birahi Ariana. Ariana teransang dan penetrasi tahap akhir akan dilakukan. Dengan menelentangkan tubuh Ariana di atas bulu itu, kedua paha Ariana ia buka dan di pinggulnya Weweko meletakan buntalannya sehingga terlihat isi kemaluan Ariana. Kedua kaki Ariana diangkat ke bahu Weweko yang bidang. Saat itu batang kemaluan Weweko tegak menghadap ke lubang kemaluan Ariana yang dengan supernya ingin mengaduk-aduk isi lubang kemaluan Ariana. Beberapa saat kemudian, dengan sedikit paksa, batang kemaluan Weweko masuk sebagian ke dalam lubang kemaluan itu. Beberapa saat kemudian, ia tembakkan langsung dengan ganas, memaju-mundurkan batang kemaluannya di dalam lubang kemaluan itu. Ariana sempat kesakitan dan air matanya keluar, namun mulutnya telah ditutupi oleh bibir Weweko. Sementara itu tangan Weweko memegang pantat Ariana supaya selama ia bergerak tidak terlepas. Ia khawatir Ariana akan mengeluarkan batang kemaluannya dari lubang kemaluannya saat Ariana kesakitan. Ariana hanya dapat memegang tangan dan bahu Weweko hingga berdarah tercakar sebab Ariana amat kesakitan akibat gerakan dan gesekan batang kemaluan Weweko mengaduk-aduk lubang kemaluannya. Akhirnya Ariana pingsan beberapa saat dan pada saat ia mulai sadar kembali, Weweko melakukan aktifitasnya yang tertunda tadi, kurang lebih 20 menit, ia menggenjot batang kemaluannya keluar masuk lubang kemaluan sempit itu.

Akhirnya ia melepaskan air maninya di dalam lubang kemaluan Ariana sebanyak-banyaknya. Ia tidak memperdulikan kesakitan bagi Ariana. Yang ada pada dirinya adalah agar kepuasanya terpenuhi karena ia sudah berbulan bulan tidak merasakan tubuh wanita.

Sampai pada pagi harinya, Weweko terus berusaha memuaskan nafsunya kepada tubuh Ariana yang tidak berdaya itu beberapa kali. Sampai pada akhirnya, pada saat pelariannya, Weweko selalu mengikut-sertakan Ariana di dalam hutan Papua itu, ia menganggap Ariana adalah istrinya dan Ariana harus mau mengikuti kemauannya baik itu dalam hubungan seksual maupun dalam masalah pelariannya.
Tamat
Wulan si Gadis Desa
Oleh milenia
Ditulis: 31 January 2008
Cetak Email

Ta merasakan kejantanannya menyentuh dasar kemaluan gadis itu bila disodokkan dalam-dalam. Wulan sendiri hanya merintih tampak pasrah mempersembahkan kesuciannya pada Ta. Airmata gadis itu tampak berlinang membasahi pipinya yang kemerahan. Tubuh montok gadis itu tergelinjang-gelinjang kesakitan tiap kali kejantanan Ta menyodok masuk dalam kemaluannya yang begitu sempit. Dengan menggeram seperti macan menerkam mangsa, Ta dengan nikmat menyemburkan sperma dalam kehangatan tubuh Wulan yang terpekik tertahan-tahan.

Semalam suntuk Ta dengan gagahnya memperkosa Wulan, setidaknya lima kali gadis itu disetubuhi tanpa daya. Entah berapa kali Wulan pingsan ketika Ta mencapai puncak, hanya untuk tersadar ketika tubuhnya kembali dinikmati dengan buasnya. Selangkangan gadis itu terasa perih dan panas, seperti ditusuk-tusuk besi yang merah membara. Payudaranya serasa lecet diremas habis-habisan, terkena semilir angin pun perih. Punggung gadis itu perih tergores kuku Ta.

Namun siksaan tanpa belas kasihan itu tidak kunjung usai, bagai tidak mengenal lelah kejantanan Ta terus bertubi-tubi menusuk dalam-dalam, kedua tangannya seperti capit kepiting terus mencengkeram buah dada Wulan. Sementara gadis itu dengan tangan dan kaki terikat erat tidak mampu berkutik, apalagi menghindar atau mencegah. Bahkan menjerit pun Wulan tidak mampu, tenaganya sudah habis dan sumpalan celana dalamnya sendiri membuat pekikannya hanya seperti erangan. Bagai berabad-abad Wulan dibuat bulan-bulanan tanpa daya.

Dari sela-sela jendela yang tertutup, sinar matahari pagi menerobos masuk. Dengan lemas Ta berbaring di sisi Wulan yang terisak-isak. Sungguh luar biasa istri barunya ini, semalam suntuk gadis ini mampu melayani suaminya. Dari jam tujuh malam sampai jam enam pagi, dalam sebelas jam gadis itu mampu lima-enam kali memuaskan suaminya, meskipun harus sedikit dipaksa. Kalau saja kemarin tidak minum obat kuat, mungkin saja pagi ini Ta tidak dapat bangun. Sambil tersenyum lebar, Ta bangkit dan mengenakan pakaian.

Perlahan Ta membuka sumpalan mulut Wulan. Gadis itu sendiri masih telanjang bulat dengan tangan dan kaki terikat terentang lebar.
“Nduk, kalau jadi istriku, kamu minta apa saja pasti aku beri. Mau kalung? Gelang? Rumah? Sepeda motor? Jangan takut, sebagai istri orang kaya, semua keinginanmu akan terkabul.”
“Nggak mau.. lepasin Wulan.. Wulan mau pulang..!” isak gadis itu menghiba.
“Rumah kita sekarang di sini Nduk, kamu sudah jadi istriku.” bujuk Ta.
“Enggak.. enggak mau. Wulan mau pulang!” gadis itu berusaha meronta tanpa hasil.
“Jangan buat suamimu ini marah, Nduk! Kamu sudah jadi istriku, aku bebas berbuat apa saja dengan kamu! Jangan keras kepala!” seru Ta jengkel.
Wulan sambil terisak terus menggelengkan kepala. Berulangkali bujukan dan ancaman Ta tidak dihiraukan Wulan, membuat Ta naik pitam.

“Baik, jadi kamu tidak ingin jadi istriku. Baik, kamu sendiri yang minta, Nduk! Jangan salahkan aku kalau aku bertindak tegas!” kata Ta sambil membuka ikatan kaki Wulan.
Ta kemudian membuka ikatan tangan gadis itu dari besi ranjang, namun kedua pergelangan tangannya tetap terikat erat. Lalu dengan menarik ujung tali yang mengikat tangan Wulan, Ta menyeret gadis yang masih telanjang bulat itu keluar kamar. Karena tubuhnya masih lemas, Wulan tidak kuasa menolak dirinya yang masih bugil diseret sampai ke jalan desa yang terang benderang.

“Hei, lihat! Lihat ini! Sungguh memalukan!” seru Ta sambil menyeret gadis yang mati-matian berusaha menutupi ketelanjangannya.
“Ada apa Pak Ta? Apa yang terjadi?” tanya orang-orang desa yang segera saja mengerumuni keduanya.
“Lihat ini! Perempuan ini sudah membuat desa kita tercemar! Dia berzinah dengan laki-laki! Saya pergoki mereka di rumah kosong di tepi desa! Sayang laki-lakinya kabur, tapi saya tahu orangnya! Pasti nanti akan kita tangkap!” seru Ta berapi-api.
“Tidak! Tidak.. tolong..!” sia-sia Wulan berusaha membantah, suaranya tertelan ramainya suasana.

“Lihat! Ini bukti perempuan ini sudah berzinah!” Ta menunjuk ke arah selangkangan gadis itu yang berbercak darah.
Kerumunan orang bergumam dan mengangguk-anggukkan kepala.
“Tidak! Saya tidak ber..” perkataan Wulan terputus oleh teriakan salah seorang.
“Bawa ke balai desa! Biar dihukum adat di sana!” serunya.
Seseorang lain menarik tali yang mengikat tangan Wulan dan menyeret gadis telanjang bulat itu menuju ke balai desa. Sepanjang jalan mereka berteriak-teriak, membuat semakin banyak orang keluar rumah melihat Wulan yang bugil diseret. Anak-anak kecil berlari-lari mengikuti sambil tertawa-tawa mengejek.

Di balai desa, tepat di tengah pendopo, tali pengikat tangan Wulan ditarik ke atas dan diikatkan dengan tiang di atasnya. Kini gadis telanjang bulat itu berdiri tegak dengan tangan terikat ke atas. Wulan tahu bahwa hukuman bagi orang yang berzinah biasanya keduanya ditelanjangi, kemudian diikat seharian di balai desa. Seperti dirinya sekarang, namun ia hanya sendirian dan ia sama sekali tidak berzinah. Gadis itu diperkosa berkali-kali, lalu difitnah berzinah oleh pemerkosanya sendiri. Namun sia-sia gadis itu berusaha membantah, suaranya yang kecil hilang ditelan ramainya orang di sekitarnya. Dan kini ia berdiri telanjang bulat sendirian dikelilingi belasan warga.

Isakan tangis Wulan semakin keras mendengar tawa orang-orang yang mengelilinginya, berkomentar mencemooh tentang kemulusan tubuhnya, buah dadanya yang ranum kemerah-merahan bekas diremas, pantatnya yang bulat, pahanya yang mulus. Isakan gadis itu terhenti ketika sebuah truk berhenti di depan balai desa. Beberapa ibu-ibu yang turun dari truk terheran-heran melihat ke arah Wulan. Beberapa orang kemudian menurunkan barang-barang dari truk. Wulan tersadar, hari ini hari pasar, dan ratusan orang akan berkumpul hanya beberapa meter darinya. Ratusan orang akan melihat dirinya telanjang bulat tanpa tertutup sehelai benang pun.

Kepala gadis itu terasa berputar, saat Ta berbisik di telinganya, “Rasakan akibatnya kalau kamu tidak mau jadi istriku! Sekarang semua orang tahu kamu sudah tidak perawan, dan semua orang juga sudah pernah melihat kamu tanpa pakaian!”
Perlahan gadis itu kembali terisak dan berpikir seandainya saja ia menerima menjadi istri

Tamat
Wulan si Gadis Desa
Oleh milenia
Ditulis: 31 January 2008
Cetak Email

Cerita ini adalah dramatisasi dari kisah nyata, dan merupakan satu dari beberapa cerita lepas dengan tokoh utama yang sama. Antara satu dan lainnya tidak harus dibaca berurutan.

Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Cerita berikut ini bukan pengalamanku sendiri, melainkan pengalaman seorang rekanku, sebut saja dia Ta. Kami memang punya “hobi” yang sama, namun Ta punya trik tersendiri untuk menyalurkan hobinya. Kini selain terdaftar di kota asalnya, ia juga resmi penduduk sebuah desa yang agak terpencil. Berikut adalah caranya mendapatkan kembang desa, meski sudah beristri tiga orang.

Wulan terbangun dengan kepala yang pusing. Namun entah mengapa kedua tangannya tidak dapat digerakkan. Seluruh tubuhnya terasa hangat. Sambil mengerjapkan matanya, gadis itu memandang sekelilingnya. Ternyata ia berada dalam sebuah kamar yang belum pernah dilihatnya, terbaring di atas ranjang empuk dan besar yang berwarna merah jambu. Dari jendela yang tertutup terbayang hari sudah gelap. Dalam kamar itu sendiri hanya ada sebuah lampu kecil yang menyala remang-remang. Wulan hanya ingat Sabtu sore tadi setelah bertanding bola volley melawan sekolah dari kecamatan tetangga, ia harus berlari-lari dalam gerimis hujan menuju rumah neneknya untuk menginap malam ini, karena rumahnya terlalu jauh dari lapangan volley.

Seperti umumnya gadis desa lainnya, meskipun tidak terlalu tinggi, namun Wulan memiliki tubuh yang montok dan padat. Buah dadanya yang membusung kencang seolah tidak muat dalam bra bekas kakaknya yang kekecilan. Ditunjang dengan kulitnya yang kuning langsat mulus dan rambut sebahu, wajahnya yang manis sering membuat pemuda desa terpaku dan menelan ludah saat gadis itu lewat dengan goyangan pinggulnya. Pantatnya yang montok selalu menonjol di balik rok seragam sekolahnya, yang biarpun di bawah lutut, ketatnya memperlihatkan garis celana dalam gadis itu.

Bukan hanya para pemuda, beberapa orang yang telah beristri pun berangan-angan menjadikan gadis kelas 1 SMU itu istri mudanya. Menurut katuranggan, gadis macam Wulan rasanya peret dan legit, pasti akan memberikan kenikmatan sepanjang malam, membuat suaminya betah di rumah. Tidak heran, tiap kali ada pertandingan volley, selalu banyak penontonnya, meski kebanyakan hanya menonton paha Wulan yang bercelana pendek dan guncangan buah dadanya saat gadis itu memukul bola.

“Ah, sudah bangun Nduk..?” sebuah suara dan lampu yang menyala terang mengagetkan gadis itu.
Tampak seorang pria kekar memasuki ruangan. Wulan mengenalinya sebagai Ta, seorang terpandang di desanya. Meski bukan penduduk desa itu, namun suka kawin-cerai dengan gadis-gadis di sini. Dalam sebulan paling ia hanya di rumah satu-dua hari saja, selebihnya “kerja di kota”. Sekarang ini istrinya di sini sudah ada tiga orang, semuanya masih belasan tahun dan cantik-cantik, namun masih suka menggoda Wulan tiap kali bertemu. Bahkan baru saja ia pernah berusaha melamar gadis itu namun tidak berhasil.

Wulan berusaha bangun, namun tangan dan kakinya tetap lemas tidak dapat bergerak.
“Tenang saja Nduk, nggak usah banyak gerak. Malam ini kamu di sini dulu.” kata Ta.
Tidak sengaja Wulan melihat ke dinding kamar, dan dari cermin besar yang terpasang di sana, ia menyadari kedua tangannya terikat menjadi satu di atas kepalanya, demikian juga kedua kakinya yang terentang ke sudut-sudut ranjang, seperti huruf Y terbalik. Seluruh tubuhnya tertutup selimut, namun ujung selimut yang tersingkap memperlihatkan sebagian paha gadis itu. Di sudut ranjang tampak terserak baju seragam dan rok yang tadi dipakainya.

“Pak Ta, Wulan dimana? Kenapa Wulan begini?” tanya gadis itu dengan panik.
Ia mulai teringat saat berlari ke rumah neneknya tadi seseorang menariknya dari belakang dan menempelkan sesuatu yang berbau menyengat ke wajahnya, kemudian semuanya menjadi gelap, hingga akhirnya ia kemudian tersadar di situ.
“Tenang Wulan, kamu baik-baik saja. Malam ini kita akan kawin. Minggu lalu saya sudah melamarmu pada bapakmu. Sekarang kita akan nikmati malam pertama kita.” kata Ta sambil menyeringai.
“Enggak! Enggak! Kemarin Bapak bilang ditolak! Wulan nggak mau!” gadis itu berusaha meronta, namun ikatan tangan dan kakinya terlalu kuat baginya.

Sambil tertawa terkekeh, Ta perlahan menarik selimut yang menutupi tubuh gadis itu, membuat Wulan terpekik karena penutup tubuhnya perlahan terbuka, sedangkan ternyata di balik selimut itu ia sudah telanjang bulat.
“Jangan! Jangan! Aduh jangan! Pak Ta, jangan Pak! Tolong..!”
Dengan sigap Ta mengambil pakaian dalam Wulan yang terserak di atas ranjang, lalu menyumpal mulut gadis itu dengan celana dalamnya sendiri, dan mengikatnya ke belakang dengan bra gadis itu.
“Pak? Kamu panggil aku Pak? Aku ini suamimu, tahu! Panggil aku Kangmas!” seru Ta sambil menampar pipi Wulan sampai gadis itu memekik kesakitan.

Ta semakin beringas melihat tubuh Wulan yang montok telanjang bulat. Kedua paha gadis manis itu terentang lebar mempertontonkan bibir kemaluannya yang jarang-jarang rambutnya.
“Diam Sayang! Ini malam kita bedah kelambu! Kalau bapakmu yang tolol itu tidak mau anaknya dilamar baik-baik, kita lihat saja besok! Karena besok anak perawannya sudah tidak perawan lagi!”
Tanpa basa basi Ta segera membuka pakaiannya sendiri, lalu melompat ke atas ranjang. Wulan dengan sia-sia meronta dan menjerit saat Ta menindih tubuhnya yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun. Gadis itu bahkan tidak bisa untuk sekedar merapatkan pahanya yang terkangkang lebar.

Pekikan Wulan tertahan sumpalan celana dalam saat Ta meremas buah dada gadis itu dengan kerasnya. Rontaan dan pekikan gadis cantik itu sama sekali tidak digubris. Ta kemudian menempatkan kejantanannya tepat di depan bibir kemaluan Wulan.
“Diam Sayang! Jangan takut, enak sekali kok! Nanti pasti kamu ketagihan. Sekarang biar Kangmas ambil perawanmu..” sambil berkata begitu Ta menghujamkan kejantanannya memasuki hangatnya keperawanan Wulan.
Selaput dara gadis itu terasa sedikit menghalangi, namun bukan tandingan bagi keperkasaan kejantanan Ta yang terus menerobos masuk.

“Haanggkk..! Aahhkk..!” Napas gadis itu terputus-putus dan matanya yang bulat indah terbeliak lebar saat Wulan merasakan perih tiba-tiba menyengat selangkangannya.
Tubuh montok gadis itu tergeliat-geliat merangsang dengan napas tersengal-sengal sambil terpekik tertahan-tahan ketika Ta dengan perkasa menggenjotkan kejantanannya menikmati hangatnya kemaluan perawan Wulan yang terasa begitu peret.
“Aahh.. enak sekali tempikmu.. aahh.. Wulaanh.. enak kan Nduk..? Terus ya Nduk..?” Ta mendesah merasakan nikmatnya mengambil kegadisan si kembang desa.

Wulan sambil merintih tidak jelas menggelengkan kepala dan meronta berusaha menolak, namun semua usahanya sia-sia, dan gadis itu kembali terpekik dan tersentak karena Ta kini dengan kuat meremasi kedua payudaranya yang kencang menantang. Memang benar kata orang, gadis seperti Wulan memang sangat memuaskan, wajahnya yang cantik, buah dadanya yang tegak menantang bergerak naik turun seirama napasnya yang tersengal-sengal, tubuhnya yang montok telanjang bersimbah keringat, kedua pahanya yang mulus bagai pualam tersentak terkangkang-kangkang, bibir kemaluannya tampak megap-megap dijejali kejantanan Ta yang begitu besar. Sementara dinding kemaluannya terasa seperti mencucup-cucup tiap kali gadis itu terpekik tertahan.

Wulan dengan airmata berlinang merintih memohon ampun, namun tusukan demi tusukan terus menghajar selangkangannya yang semakin perih. Payudaranya yang biasanya tersenggol pun terasa sakit kini diremas-remas tanpa ampun. Belum lagi rasa malu diikat dan ditelanjangi di depan orang yang tidak dikenalnya, lalu diperkosa tanpa dapat berkutik. Rasanya bagai bertahun-tahun Wulan disetubuhi tanpa mampu melawan sedikitpun.

“Hhh..! Wulanh..! Wulaann..! Sekarang Mas bikin kamu hamil, sayangghh..! Aah.. ambil Nduk! Nih! Nih! Niih..!”
Tanpa dapat ditahan lagi Ta menyemburkan spermanya dalam hangatnya kemaluan Wulan sambil sekuat tenaga meremas kedua payudara gadis itu, membuat Wulan tergeliat-geliat dan terpekik-pekik tertahan sumpalan celana dalam di mulutnya. Kepala gadis itu terasa berputar menyadari ia akan hamil. Perlahan pandangan gadis itu menjadi gelap.

Wulan kembali tersadar oleh dengusan napas di depan wajahnya. Sebelum sadar sepenuhnya, sengatan perih di selangkangannya membuat gadis itu terpekik dan meronta. Namun tangan dan kakinya tidak mau bergerak, dan pekikan-pekikannya tidak dapat keluar. Dengan gemas Ta kembali menggenjotkan kejantanannya menikmati keperawanan Wulan. Ta tidak tahan lagi untuk tidak kembali menggagahi gadis itu, memandanginya tergolek telanjang bugil tanpa daya di atas ranjang. Pahanya yang putih mulus terkangkang seolah mengundang, bibir kemaluannya yang berambut jarang terlihat berbercak merah, tanda Wulan memang betul-betul masih perawan, tadinya.

Kedua payudara gadis itu berdiri tegak menjulang, dengan puting susu yang kemerahan menggemaskan. Sementara wajahnya yang manis dan bau tubuhnya yang harum alami sungguh membuat Ta lupa diri. Dengan istri muda seperti Wulan, ia tidak akan mau tidur sekejap pun, tidak perduli gadis itu suka atau tidak.
“Aah..! Ahk! Angkung (ampun)..! Aguh (aduh).. hakik (sakit).. angkung (ampun)..!” Wulan merintih-rintih tidak jelas dengan mulut tersumpal celana dalam di sela-sela jeritan tertahan.

Tanpa mampu merapatkan pahanya yang terkangkang, gadis itu merasakan kemaluannya semakin perih tiap kali Ta menggerakkan kejantanannya. Tiap detik, tiap genjotan terasa begitu menyakitkan, Wulan berharap kembali pingsan saja agar perkosaan ini segera berlalu. Namun gadis itu tanpa daya merasakan bagian bawah tubuhnya terus ditusuk-tusuk benda yang begitu besar.

Ta semakin giat menggenjotkan kejantanannya dalam hangatnya kemaluan Wulan yang peret dan mencucup-cucup menggiurkan. Istri barunya ini memang pintar memuaskan suami di atas ranjang. Apalagi kalau nanti diajak tidur beramai-ramai bersama satu atau dua istrinya yang lain. Membayangkan meniduri dua atau tiga gadis sekaligus membuat Ta semakin bersemangat menyodok kemaluan Wulan, semakin cepat, semakin dalam.
******************************Bersambung*************************
Perkosaan pegawai jalan Sudirman
Oleh milenia
Ditulis: 31 January 2008
Cetak Email

Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, Irma, seorang karyawati yang terlahir 23 tahun yang lalu dan saat ini bekerja di perusahaan perkebunan terkemuka di kawasan Sudirman, sedang melangkah agak tergesa2 menuju kost2annya di kawasan Bendungan Hilir. Irma agak letih setelah seharian bekerja plus lembur sampai malam tiba untuk memenuhi laporan penjualan CPO pada bulan itu. Karena letih, yang ia pikirkan hanya bagaimana cepat2 sampai kost2nya, kemudian tidur melepas penatnya setelah seharian bekerja. Sehingga tanpa ia sadari, 6 pasang mata sedang melihatnya dari kejauhan. 6 pasang mata yang terlihat merah karena bir pletok yang mereka beli hasil mengamen itu melihatnya dari atas ke bawah, lalu ke atas lagi, lalu ke bawah lagi, sambil menahan air liur membayangkan kemolekan tubuh Irma yang pada saat itu mengenakan rok selutut dan kemeja warna putih, yang menerawangkan bra hitamnya. Tiba2 salah seorang dari mereka berkata “eh, ada cewek lewat tuh”. “oke juga tuh tete” timpal yang lain. “kita isep yuk ha3x” mereka tertawa bersama2. Setelah kurang lebih jarak antara mereka dengan Irma 100 meter, tiba2 salah satu dari mereka mengikuti langkah Irma, kemudian mereka membekap mulut Irma, dan menyeretnya ke arah bedeng proyek yang ada di dekat mereka. Bedeng tersebut kosong, karena ditinggal pekerja proyeknya selama beberapa hari.

Mereka berenam kemudian menyekap Irma yang meronta-ronta di dalam bedeng tersebut, sambil tertawa2 dengan mulut yang bau alkohol menyengat. Salah seorang dari mereka memegangi tangan kanan Irma, yang lainnya memegangi tangan kiri dan menyekap mulut Irma dengan tangannya yang kekar. Irma meronta2 takut apa yang terjadi selanjutnya. Kemudian salah seorang dari mereka berdiri tepat dihadapan Irma, sambil memandang Irma yang ketakutan dengan senyum kemenangan.
“Akhirnya malem ini gw bisa ngerasain badan lo”, katanya sambil mengelus leher Irma yang mulai sesenggukan menahan tangis. Tangannya mengelus leher Irma yang putih mulus dengan beberapa tahi lalat yang ada disana, sambil kemudian tangannya bergerak menuju payudara kanan milik Irma. “ah..”, teriak Irma tertahan ketika tangan tersebut meremas dengan kencang payudara tersebut.
“Gile man, kenceng juga nih tete” kata pria tersebut diiringi sahutan tawa yang lainnya. Tak lama, pria tersebut sudah asik meremas2 kedua payudara Irma yang memang berukuran besar apabila dibandingkan dengan tubuhnya. Irma orangnya tidak terlalu tinggi. Dia orangnya sedang saja, berbody tidak gemuk, namun memiliki payudara yang indah dengan perut yang rata. Kakinya pun putih mulus, sehingga membuat orang2 di dalam bedeng itu menahan nafas ketika menyaksikan Irma merintih2 karena payudaranya diremas2 oleh temannya.

Kemudian salah seorang diantara mereka lagi ikut mendekat, sehingga keenamnya berada sangat dekat dengan Irma. Irma semakin ketakutan. Tetapi dia terus berusaha berfikir positif bahwa tidak akan terjadi apa2 dengan dirinya. Tiba2, masih dengan tangan yang terus dipegangi oleh 2 orang, dan mulut disumpal dengan tangan, dia merasakan tangan2 nakal mulai menjelajahi betis dan pahanya. Dia berusaha untuk berontak dengan menendang2kan kakinya. Namun usahanya sia2. Terdengar suara tawa puas dari orang2 yang ada di bawah Irma, yang saat ini sedang mengelus2 paha dan betis yang putih mulus milik Irma. Rok Irma tersingkap ke atas, sementara pahanya sedang dielus2 oleh 2 orang. Sedangkan di bagian atas, payudara Irma sedang diremas2 oleh 2 orang. hal ini membuat Irma semakin sesenggukan menahan perasaan yang bercampur baur.
“Udah man telanjangin aja”, kata salah seorang diantara mereka, diiringi anggukan yang lainnya. Irma semakin ketakutan. Dia membayangkan akan digilir oleh 6 orang tidak beradab ini. Sedangkan selama ini dia hanya berhubungan badan dengan pacarnya. Maklum saja, jarak yang memisahkan antara dia dan pacarnya ini, membuat pertemuan mereka yang jarang itu menjadi sesuatu yang berharga untuk dihabiskan begitu saja. Maka terjadilah gaya pacaran yang semakin lazim di jaman sekarang ini. Irma semakin meronta2 ketika mereka membuka kancing atas kemejanya, dan orang2 di bawah berusaha menelanjangi rok dan celana dalam Irma. Pria2 yang di bagian atas melucuti kancing kemeja Irma satu persatu. Setelah itu menarik kemejanya ke belakang, sehingga menampakkan payudara Irma yang dibungkus bra warna hitam yang semakin terlihat menantang. Kemudian kemeja itu pun terlepas dan terjatuh di lantai. Irma saat ini hanya menggunakan bra dan rok saja. Kemudian pria2 yang ada di bagian bawah pun gak lama sudah melepas habis rok Irma sehingga terjatuh pula ke lantai. Irma hanya menggunakan bra dan celana dalam yang senada berwarna hitam. Pria2 tersebut pun tertawa puas sambil melecehkan seluruh tubuh Irma. Irma semakin menangis menjadi2. Kemudian tidak lama, bra dan celana dalam Irma pun terlepas oleh mereka.

Irma pun telanjang bulat dikelilingi oleh 6 pria yang tidak dikenalnya. hal ini membuat Irma semakin ketakutan dan menangis.
“Jangan nangis, nanti juga keenakan, hahahaha”, kata salah seorang dari mereka mengejek. Irma berdiri pasrah dipegangi oleh 2 orang dan dibekap mulutnya. Pria2 tersebut sedang melumat habis tubuh Irma yang terlihat molek tersebut. Payudaranya putih dengan beberapa hiasan tahi lalat, dan puting yang tidak terlalu besar berwarna coklat. Kemudian bentuk pinggul yang tidak terlalu besar serta kemaluan yang bulu2nya tercukur halus dan lembut. Paha sampai betis berwarna putih bersih. Membuat semua pria yang melihatnya, walau pun memakai rok, tidak berkedip. Di kantornya pun, Irma dikenal sebagai idola. Banyak pria yang mendekatinya, namun ia tidak menanggapinya. Kalau pun menanggapi, itu pun hanya sekedar untuk main2 saja sambil memenuhi hasratnya karena cowonya berada jauh disana. hal itu dia lakukan karena ia lebih memilih cowoknya yang bekerja di luar kota. Ia lebih memilih cowoknya karena ia telah terlanjur menyerahkan segalanya kepada laki2 tersebut.

Kemudian 2 orang diantara mereka menyiapkan ranjang darurat dari kardus yang biasa dibuat tidur oleh kuli2 proyek pemilik sah bedeng tersebut. Irma pun diseret ke ranjang tersebut, dan tetap dipegangi oleh 4 orang dari mereka. Masing2 memegangi 2 tangan dan 2 kaki dari Irma, sekaligus membekap mulut Irma supaya tidak berisik. Sesekali Irma meronta2 minta dilepaskan. Tetapi siapa yang mau melepaskan tubuh mulus begitu saja? Kemudian salah seorang dari mereka, mendekati Irma dari sela2 paha Irma, kemudian meremas2 payudaranya dengan tangan kanan, sambil tangan kiri mengelus2 kemaluan Irma. Irma berusaha mengelak. Tetapi tangan kiri pria tersebut tetap mengelus2 sambil sesekali telunjuknya masuk ke kemaluan Irma. Keadaan ini membuat Irma semakin terdesak. Irma semakin menjadi2 mengeluarkan tangisnya. Irma begitu takut akan disetubuhi oleh pria2 ini. Walau pun ia sudah tidak perawan, tetapi ia hanya ingin berhubungan badan dengan pacarnya saja. Tidak dengan berandalan semacam orang2 ini. Kemudian pria tersebut tampaknya sudah tidak sabar lagi ingin mencicipi tubuh karyawati ini.
Ia segera membuka baju dan celananya. Tampaklah penisnya yang besar, yang membuat Irma seperti berhenti bernafas. Irma sangat takut melihatnya. Milik cowoknya tidak sebesar itu. Irma pun memejamkan mata dengan ketakutan. Tak lama, pria tersebut sudah meletakkan penisnya di pintu masuk kemaluan Irma. Irma semakin ketakutan. Tak lama, pria tersebut mendorongkan pantatnya dengan kasar sehingga penisnya bergerak menusuk kemaluan Irma. “Ah….” Irma pun menjerit tertahan. Pria tersebut malah keenakan. Ia merasa seperti dipijit2 oleh kemaluan Irma.
“Wah, kayanya udah ga perawan nih doi. Tapi tetep peret kok hahaha”, kata pria tersebut.
Tak lama, seluruh bagian penis pria tersebut masuk ke dalam vagina Irma dengan sukses. Kemudian, pria tersebut menggenjot Irma yang semakin kesakitan. Kepala Irma menggeleng ke kanan dan ke kiri menahan sakit. Tubuhnya pun mengejang. Tapi hal itu malah membuat payudaranya terlihat semakin menarik. Tangan2 jahil pun meremas2 payudara tersebut. Sementara yang satu memperkosa Irma, yang lain memegangi tangan dan kaki Irma, serta membekap mulut Irma. Pria yang sekarang sedang berada di atas Irma semakin memperlaju genjotannya. Irma-pun terlihat memejamkan matanya sambil terus menangis. Sementara pria2 yang lainnya meremas2 payudara Irma dan meraba2 bagian tubuh lainnya. Irma pun membayangkan dosa2 yang pernah ia lakukan. Dosa kepada pacarnya karena sering berbohong, dan dosa kepada orang2 yang dia permainkan perasaannya selama ini. Ia menyesal sekali telah melakukan itu semua. Mungkin ini balasannya. Pria yang sedang berada di atasnya tampaknya sudah mulai ingin orgasme. Pria tersebut mempercepat genjotannya, dengan tangannya bertumpu pada payudara Irma sambil meremas2nya.
Tak lama kemudian, pria tersebut mengejan dengan menyemprotkan spermanya yg banyak ke dalam vagina Irma. Irma ketakutan. Ia takut hamil. Kemudian ia pun menangis sejadi-jadinya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama. Pria yang lain maju mendekatinya.
“Tunggingin dong man”, katanya pada teman2nya yang sedang memegangi Irma.
Mereka pun membalik tubuh Irma menjadi tengkurap, lalu memaksa Irma untuk menungging sambil tetap memegangi mereka. Posisi ini membuat payudara Irma menjadi terlihat lebih besar dan menantang. hal ini membuat mereka meremas2 kembali payudara Irma. Payudara Irma terlihat memerah karena remasan2 tersebut. Pacar Irma juga paling senang melakukan adegan remasan2 ini. akan tetapi malam ini Irma harus rela diremas2 oleh orang2 yang ia sama sekali tidak kenal. Dalam posisi menungging, orang kedua yang akan memperkosa Irma mendekati Irma dari belakang, kemudian membuka celananya, dan menyelipkan penisnya ke vagina Irma lewat belakang. Irma kembali meronta2 kecil, namun tak lama ia melenguh panjang ketika orang tersebut memasukkan penisnya dan memompanya. Kekuatan pompanya makin lama makin kuat. Ia memperkosa Irma sambil meremas2 payudara dan putingnya. yang lain ada yang mencium2i pipinya, dan termasuk mencium2i bibirnya. Irma sangat tidak berdaya malam itu. Dalam posisi menungging itu ia menangis dan berharap semuanya cepat selesai dan mereka membebaskannya. Namun untuk orang2 itu, tidaklah segampang itu. Jarang2 mereka dapat mangsa seperti ini. Tak lama kemudian, orang yang memperkosa Irma pun mengalami ejakulasi. Dan seluruh spermanya dia masukkan ke vagina Irma. Irma kembali sesenggukan. Sudah 2 orang menggilirnya. Tinggal 4 lagi. Pikirnya seperti itu. Irma sudah pasrah diperlakukan apa saja oleh mereka. Terbukti ketika mereka menelentanginya kembali, Irma hanya bisa pasrah. Ia rasakan kemaluannya sakit sekali. Dan Irma merasakan keluar darah dari kemaluannya. Walau pun ia sudah tidak perawan, hal ini mungkin disebabkan oleh gesekan2 yang terjadi sebelumnya antar penis pria2 tersebut dan kemaluannya.

kemudian salah seorang dari mereka, kembali maju untuk memperkosa Irma. Kali ini Irma dipaksa untuk menghisap kemaluan si pria tersebut. Irma berontak. Ia hanya mau beroral sex dengan pacarnya. Kali ini dia lakukan untuk orang lain. Irma mati2an menolak. Akan tetapi, apalah daya dari seorang wanita. Irma pun pasrah menghisap kemaluan orang tersebut. Irma hampir tersedak. Penis pria tersebut terlalu besar untuk mulut mungilnya.
Irma semakin menangis. Kepalanya maju mundur menghisap kemaluan pria tersebut. Sampai tak lama kemudian, pria tersebut meringis dan mengejan. Irma berusaha menarik kepalanya dari kemaluan pria tersebut. Tetapi teman2 pria tersebut menahan kepalanya, sehingga seluruh spermanya pun tumpah di kerongkongan Irma. Irma terbatuk2 tersedak. Sementara pria2 tersebut tertawa puas. Kemudian Irma pun digilir oleh yang lainnya sampai pagi. Selain digilir, Irma pun mengalami pelecehan seksual yang tidak akan pernah dilupakannya. Irma dipangku oleh orang2 tersebut sambil diremas2 payudaranya secara bergiliran. Kemudian ia disetubuhi sambil berdiri. Dan setiap2 orang disitu mendapat jatah lebih dari 2 kali. Irma mengalami perlakuan yang sangat rendah oleh mereka. Mereka mencumbu Irma semaunya. Meremas2, menghisap2 putingnya, menggigit2, dan perlakuan2 lain yang diterima Irma sepanjang malam itu sampai pagi. Irma pun lemas kecapekan. Sampai paginya Irma tersadar setelah pingsan di dalam bedeng proyek tersebut. Irma merasa badannya sakit2 semua, terutama bagian selangkangannya yang mengeluarkan darah. Walau pun itu bukan darah perawan, tapi ia merasa sakit yang teramat sangat di selangkangannya. Tubuhnya pun penuh cupang dimana2. Payudaranya pun demikian. Banyak terdapat bekas cupang dan bekas cakaran. Irmapun memakai kembali bra, celana dalam dan pakaiannya yang sudah lecek, kemudian berjalan tertatih2 menuju kost2annya.

Demikian peristiwa yang terjadi dengan Irma. Dia tidak bisa melupakan hari itu. Tapi ia tidak akan menceritakannya kepada siapa2, termasuk cowoknya. Biar lah hal itu menjadi rahasia pribadinya. Dan ia pun tidak akan melewati jalan tersebut kembali.
Intan: Diperkosa diatas kereta
Oleh milenia
Ditulis: 12 November 2008
Cetak Email

Sebut saja namanya Intan, seorang gadis berusia 24 tahun, tingginya 165cm dengan berat badan yang cukup ideal, 53kg, dengan ukuran payudara 34C. Dia bekerja di salah satu stasiun televisi swasta sebagai reporter. Intan beparas cantik dan berkulit putih mulus sehingga dia dapat diterima bekerja sebagai reporter di XX tv sejak dua tahun yang lalu. Sebagai seorang reporter yang pastinya sering muncul menyapa pemirsa di layar kaca, tentunya membuat Intan meraih popularitas sehingga banyak orang mengenalinya. Banyak hal yang dirasa menyenangkan bagi Intan karena popularitas yang didapatnya, diantaranya pada waktu keluar berjalan-jalan, banyak orang yang mengenalinya dan tersenyum kepadanya serta menyapanya, bahkan hingga meminta tandatangannya.
Namun, jika ada hal-hal yang positif tentu saja ada pula yang negatif, diantaranya banyak lelaki yang suka bersiul ketika ia lewat, seringkali hampir dicolek oleh tangan jahil lelaki iseng dan mupeng , hingga yang baru saja terjadi, ada yang nekad mencari kesempatan untuk mengintip Intan kala sedang berganti pakaian di dalam kamar pas di sebuah department store di dalam sebuahpusat perbelanjaan, sialnya pelakunya tidak berhasil tertangkap tangan.
Sebagai seorang reporter, tentunya Intan sering meliput berita di sana-sini, lumayanlah itung-itung sekalian jalan-jalan sembari shopping, begitu pikirnya. Terhitung hampir semua daerah, dari Sabang sampai Merauke sudah pernah disinggahinya kala melakukan rutinitasnya sebagai seorang reporter televisi. Walaupun begitu, ia jarang mendapatkan kesempatan untuk melakukan liputan ke luar negeri sehingga suatu saat, ketika atasannya memberikan kesempatan kepadanya untuk meliput berita di Jepang, Intan girang sekali dan langsung memutuskan untuk mengambil kesempatan tersebut. Walaupun tahu bahwa harga-harga di Jepang sangat mahal, ia juga telah menyiapkan anggaran untuk belanja. Di Jepang nanti, Intan ditugaskan untuk meliput sebuah festival adat di Jepang beserta segala keunikannya.
Hari yang dinanti-nantikan tibalah juga. Intan berangkat ditemani oleh Nina, seorang camera person dari XX tv ke Jepang. Nina berusia dua tahun lebih muda dari Intan, tinggi badannya sepantaran dengan Intan namun sedikit lebih kurus dengan payudara yang lebih kecil 34A, gayanya modis, dan rambutnya seringkali bergonta-ganti warna, kali ini ia mengecat rambutnya dengan warna cokelat kemerahan, menambah cantik penampilannya yang juga berkulit putih. Mereka menggunakan jasa salah satu maskapai penerbangan dalam negeri karena memang maskapai dalam negeri tidak dicekal di Jepang seperti halnya yang dilakukan oleh negara-negara Uni-Eropa.
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa jam, tibalah Intan dan rekannya di bandara internasional Narita.
"Lo kenapa Nin?", tanya Intan pada kawannya. "Kok kelihatannya lesu gitu?"
"Ya ialah, lama banget tuh perjalanan tadi, lo sih enak, molor terus!"
Ucapan temannya tersebut hanya ditanggapi dengan tawa oleh Intan, karena memang selama perjalanan menuju Jepang, ia lebih banyak tidur, bukan karena fasilitas pesawat yang nyaman, namun lebih dikarenakan balas dendam, balas dendam? Lho? Memang, seminggu terakhir sebelum berangkat ke Jepang, ia terus melakukan liputan berpindah-pindah kota untuk sebuah program wisata belanja, hal itu dilakukannya untuk mengejar deadline dari pimpinan redaksi.
Selama di Jepang, rencananya Intan dan Nina akan tinggal di rumah Wiwin, kawan akrab Intan kala masih duduk di bangku SMU, Wiwin sekarang bekerja sebagai seorang designer dan tinggal dekat kawasan Shibuya. Hal ini juga merupakan suatu kebetulan bagi Intan karena Shibuya memang terkenal dengan wisata belanja, kegemaran utama Intan.
Setibanya di kediaman Wiwin, Intan dan Nina langsung memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu seusai perjalanan panjang dari Indonesia, malam harinya Intan mengajak wiwin untuk mengantarnya berbelanja keesokan harinya.
"Win, besok selesai liputan, lo anterin gue shopping yuk, gue kan disini cuman dua hari".
"Aduuuh, sorry tan, gue besok ada meeting sama klien, enggak bisa ditinggalin. Plus sorenya gue ketemuan sama cowok gue. Emm, lo ditemenin sama si Nina aja ya? Ntar gue kasih tahu tempat-tempat yang barangnya bagus dan murah."
"Yah, si Nina kan sama aja kaya gue, awam sama daerah sini, lo gimana sih?"
"Iya, iya, soriii banget tapi gue betul-betul nggak bisa, lagian transportnya gampang kok, naik KRL sekali juga nyampe."
"Mmm..... ya sudah deh engga apa-apa kalau begitu." Jawab Intan dengan muka masam. "Eh, omong-omong cowok lo cakep ga?"
"Yaa, itu khan relatif, tapi umurnya udah jauh lebih tua, ada terpaut limabelas tahunan sama gue, lumayan tajir lagi."
"Gila lo, sekarang kok seleranya berubah, seneng sama om-om, hahahaha." Merekapun bercanda hingga merasa mengantuk dan beristirahat kemudian.
Keesokan harinya, Intan dan Nina menyelesaikan liputan berita untuk XX tv dengan lancar, merekapun kembali terlebih dahulu ke tempat Wiwin untuk meletakkan kamera dan berganti pakaian. Intan dan Nina sepakat kompakan memakai rok span berwarna senada, hitam, sehingga tampak kontras dengan paha keduanya yang putih mulus. Nina memadukan roknya dengan blouse putih, sedangkan Intan memilih mengenakan kemeja berwarna krem, mereka berdua mengenakan mantel bulu karena udara yang lebih dingin dibanding di tanah air.
Berdua, mereka berangkat naik taksi ke stasiun dan kemudian membeli tiket kereta rel listrik, tak lama menunggu, keretapun datang dan mereka segera naik.
Sementara itu, di tempat kerjanya, Wiwin tampak teringat sesuatu dan mengangkat ponselnya, hendak menelepon Intan, namun, "astaga, dia belum ganti nomor lokal, enggak bisa dihubungi deh." Kata Wiwin dalam hati dengan wajah yang tampak kebingungan karena hendak memberitahukan sesuatu pada Intan namun tidak bisa dilakukan.
Di dalam kereta, Intan dan Nina ternyata tidak dapat menemukan tempat duduk yang kosong, sehingga keduanyapun memutuskan untuk berdiri sambil berpegang pada pegangan yang sengaja dibuat untuk penumpang yang tidak kebagian tempat duduk. Lima menit berlalu, sambil berdiri, Nina dan Intan baru menyadari bahwa hampir seluruh penumpang di gerbong tersebut adalah laki-laki, hanya ada dua wanita tua yang sedang terlelap duduk di ujung gerbong. Perhentian berikutnya, beberapa penumpang turun, Intan dan Nina mencoba mengambil kesempatan untuk duduk, namun keduluan oleh beberapa penumpang lain yang sedari tadi juga berdiri. Segerombolan penumpang baru juga masuk, dan seluruhnya pria. Space untuk berdiri pun kian sempit, sehingga Intan dan Nina hampir dikelilingi oleh gerombolan pria yang bau naik tadi.
"Yah, sial, berdiri lagi deh." Ujar Intan yang diamini oleh Nina.
"Liat deh, penumpangnya laki semua tapi nggak ada yang gentleman, ngasih tempat duduk kek buat makhluk-makhluk cantik, ha2." Canda Nina yang disambut tawa renyah Intan
Sesaat setelah itu, terdengar suara seseorang dibelakang mereka, dari nada bicaranya nampaknya bertanya sesuatu kepada mereka. Merekapun menoleh mencari si sumber suara. Tampak dihadapan mereka seorang bapak berwajah ramah, jika ditaksir, kira-kira umurnya empatpuluhan. Ternyata orang tersebut yang memanggil tadi.
"Ima nanji desu ka?"
Intan dan Nina sama-sama bengong karena sama sekali tidak mengerti apa yang baru saja diucapkan pria tersebut.
Seolah mengerti bahwa yang diajak bicara tidak mengerti bahasanya, bapak tersebut mengulangi pertanyaannya.
"Ano, What is da time?" Ujarnya dengan bahasa Inggris sekenanya sambil menunjuk pergelangan tangannya sendiri.
Intan dan Nina baru mengerti apa yang ditanyakan tadi ketika si bapak berwajah ramah mengulangi pertanyaannya dalam bahasa Inggris, walaupun tata bahasanya salah (yang benar what time is it?).
Untungnya Intan sudah mencocokkan jam tangannya dengan waktu setempat. Ia pun memperlihatkan jam tangannya kehadapan bapak itu agar dapat melihat sendiri pukul berapa sekarang. Bapak itupun manggut-manggut setelah melihat jam. "Domo arigato gozaimasu" Ucapnya sambil tersenyum. Kalau yang ini Intan mengerti bahwa artinya terima kasih, ia pun membalas senyuman bapak itu, sementara Nina hanya memperhatikan dari tadi.
*****Bersambung di cerita yang kedua*****
Intan: Diperkosa diatas kereta
Oleh milenia
Ditulis: 12 November 2008
Cetak Email

Sebelum sempat membalikkan badan, Intan merasakan ada tangan yang menyenggol paha bagian belakangnya. Ia pun berbisik kepada Nina, "Nin, tadi kayak ada yang nyolek gue deh."
"Masa? Kok sama, tadi juga kayak ada yang nyenggol pantat gue." bisik Nina.
"Ya udahlah, mungkin kebetulan saja, kereta ini kan bergerak terus jadi mungkin ada yang badannya jadi gak seimbang dan gak sengaja nyenggol." tukas Intan. Nina pun mengiyakan ucapan temannya itu dan bersikap santai saja sambil menunggu kereta sampai di tujuan.
Belum ada lima detik dari senggolan pertama tadi, kembali Intan merasakan rabaan pada pantatnya, kali ini bukan lagi menyenggol, namun terasa sedikit meremas. Terkejut, Intan pun berusaha menepis tangan itu.
Merasakan gelagat yang tidak baik, Intan mengajak Nina menjauh dari tempat berdiri mereka sekarang. Namun belum sempat mereka bergerak, ada tangan-tangan yang mencengkeram lengan mereka berdua sehingga mereka tidak dapat bergerak kemana-mana. Disaat bersamaan, kedua wanita cantik itu merasakan tangan yang menjamah tubuh mereka kian banyak. Ada yang meremas-remas pantat mereka dan ada yang naik meraba payudara mereka. Merekapun berusaha meronta melepaskan diri dari situasi tersebut, tangan keduanya bergerak menepis tangan-tangan jahil itu. Namun apa daya dua pasang tangan melawan tangan-tangan sebanyak itu.
"Ehh, apa-apaan ini!" teriak Intan. Namun ia menyadari tidak ada yang paham ucapannya. Ia pun berusah menggunakan bahasa Jepang sebisanya. "Ieee, bageroooo! Emph...." Sebelum sempat meneruskan teriakannya, ada tangan kokoh membekap mulutnya dari belakang sehingga ia tak lagi mampu berkata-kata. Semakin lama, jamahan dari tangan-tangan itu kian mengarah ke paha bagian dalam Intan. Ia pun berusaha mengatupkan kedua kakinya sehingga tangan-tangan itu tidak dapat menjangkau bagian vitalnya. Namun usaha itu sia-sia karena tangan-tangan lain sudah mencengkeram dan merenggangkan kakinya sehingga posisinya terbuka dan tangan-tangan jahanam itu dapat leluasa bergerak menuju vagina Intan yang masih tertutup g-string seksi warna hitam.
"Mmh.... hhhh" Intan hanya bisa sedikit mendesah, dalam keadaan mulutnya disumpal telapak tangan seseorang dibelakangnya. Intan mencoba melihat dimana posisi Nina, tapi ia tidak dapat melihat temannya itu, di sekitarnya hanya ada segerombolan laki-laki.
Perlahan, tangan-tangan tersebut mulai membuka kancing kemeja krem Intan. Intan pun berusaha meronta sebisanya, namun hal tersebut hanya membuat pertahanannya lebih longgar karena berikutnya, mantel bulu yang dikenakannya berhasil direnggut oleh seorang laki-laki anggota gerombolan itu. Kini, Intan masih berpakaian lengkap minus mantel bulunya, namun kancing kemejanya sudah terbuka seluruhnya, memperlihatkan payudara Intan yang sekal dan hanya ditutupi oleh bra berwarna putih. Tangan-tangan yang menjamahnya seolah semakin menggila dengan keadaan tersebut.
"Mmm...!", terdengar suara teriakan tertahan Intan. Rupanya ada yang meremas-remas payudara Intan dengan keras sehingga ia berteriak tertahan. Berikutnya, dengan sekali hentakan, robeklah bra putih yang dikenakan Intan memperlihatkan dua gundukan indah dengan puting berwarna kecokelatan. Kini, tubuh bagian atas intan sudah terbuka dan hanya menyisakan kemejanya yang seluruh kancingnya sudah terbuka. Melihat pemandangan tersebut, seorang diantara gerombolan tersebut bergerak maju dan mulai memainkan puting payudara sebelah kanan Intan, sementara mulutnya mulai 'menyusu' ke payudara sebelah kiri Intan. Yang lebih membuat Intan terkejut adalah, orang tersebut ternyata si bapak berwajah ramah yang bertanya jam tadi. Dalam hatinya Intan berkata "dasar tua cabul, tahu begini udah gue tonjok dari tadi". Sementara itu, tangan-tangan yang 'beroperasi' di bagian bawah tubuh intan semakin berani, ada yang menarik roknya keatas sebatas pinggang, sehingga kini rabaan dan sentuhan mereka dapat langsung bersinggungan dengan kulit telanjang Intan, sebuah tangan meraba naik paha bagian dalamnya dan bersentulah dengan liang vagina Intan yang masih terbungkus g-string hitam. Tangan itu menggesek-gesek kemaluan Intan dengan gerakan maju-mundur. Mendapat rangsangan yang demikian hebat, Intan pun mulai terangsang diluar kemauannya sendiri. Seolah mengetahui hal tersebut, tangan yang membekap mulutnya mulai mengendurkan pegangan dan perlahan melepaskan bekapannya. Intan tak lagi berteriak-teriak, mungkin karena sudah terlampau lelah meronta, disamping itu, tidak bisa dipungkiri bahwa ia menjadi sangat terangsang dengan keadaan ini.
Tanpa disadari oleh intan, ternyata g-stringya sudah tidak berada ditempatnya semula, entah kemana, memperlihatkan vaginanya yang dihiasi bulu-bulu kemaluan yang dicukur rapi, sehingga tangan yang tadinya hanya menggesek-gesek kemaluannya, perlahan mulai memainkan jari-jarinya diatas klitoris Intan. Intan terangsang hebat diperlakukan seperti ini, namun ia tidak ingin semua laki-laki dihadapannya tahu bahwa ia terangsang, karena hal tersebut pasti akan membuat mereka merasa senang dan puas. Iapun mencoba menutupinya dengan mengatupkan bibir mungilnya rapat-rapat dan mencoba untuk tidak bersuara, apalagi mendesah. Namun cobaan terasa semakin sulit bagi Intan, selanjutnya, jari tengah si bapak berwajah ramah digerakkan keluar-masuk di dalam liang vagina Intan, didalam vaginanya, jari itu sedikit ditekukkan sehingga mengenai g-spot milik Intan. Intan semakin tidak kuasa menahan gejolak birahi yang dahsyat, mulutnya tetap ditutup rapat-rapat, namun sesekali terdengar desahan tertahan. "Emmh... hhh".
Gerakan jari itu kian lama kian cepat sehingga pertahanan Intan yang mati-matian berusaha tidak menunjukkan ekspresi kenikmatan akhirnya bobol juga.
"Mmhh... aa... aaaaaahh!!" Teriakan itu disertai getaran hebat, ia menggelinjang menerima orgasme pertamanya. Cengkeraman tangan dari para lelaki yang sedari tadi memegangnya kuat-kuat, akhirnya dilepaskan. Intan terduduk lemas, tubuhnya terasa panas terbakar gejolak birahi. Perasaannya bercampur aduk, antara malu, terhina, marah dan nikmat. Hanya sekitar lima-enam detik kemudian, tubuh Intan kembali diangkat oleh para lelaki Jepang tersebut, namun kali ini beberapa orang diantara mereka sudah melorotkan celana masing-masing, memperlihatkan penis masing-masing yang sudah tegak mengacung. Mengetahui apa yang akan dilakukan gerombolan lelaki itu, Intan coba berontak dengan menggunakan tenaganya yang tersisa, namun seorang diantara gerombolan itu, tubuhnya kurus dan agak tonggos, meremas kedua payudaranya kuat-kuat sehingga intan merintih kesakitan dan mencoba menepis tangan itu dari atas payudaranya. Disaat bersamaan, pinggang Intan ditarik kebelakang oleh si bapak berwajah ramah yang langsung menancapkan penis 15cm-nya kedalam vagina Intan dengan sekali hentakan keras. Bless, masuklah penis itu disertai teriakan panjang Intan yang baru pertama kali dimasuki oleh penis laki-laki. Bapak itu memompa tubuh Intan dengan cepat. "Plok...plok", begitu bunyi yang terdengar ketika paha bapak itu beradu dengan paha bagian belakang Intan. Para lelaki yang lain tidak hanya diam saja, sebagian menjamah bagian-bagian sensitif Intan dengan leluasa, sebagian lagi terlihat mengocok penisnya sendiri, dan ada pula yang meraih tangan Intan, dan memaksa Intan untuk mengocok penisnya. Ada seorang lagi yang berperawakan pendek memasukkan penisnya kedalam mulut Intan dan menggerakkannya maju-mundur. Sehingga sekarang, Intan dalam posisi setengah membungkuk dan disetubuhi dari arah depan dan belakang tubuhnya.
Lima belas menit berlalu, lelaki yang penisnya dikocok oleh tangan mungil Intan, tampak tidak kuat lagi menahan gelombang orgasme dan berejakulasi sesaat kemudian, crott!! spermanya muncrat dengan deras dan sebagian mengenai wajah Intan.
"Ah.... ahhh", Intan mendesah seriap kali penis si bapak masuk dengan dalam di vaginanya. Lima menit kemudian, tubuh Intan bergetar hebat, ia mendapatkan orgasme keduanya. "Aaaa.. aaahh!!" Desahnya.
Tidak berapa lama, penis didalam mulut Intan menyemburkan spermanya. Membuat Intan gelagapan dan tersedak sehingga sebagian sperma itu tertelan olehnya, sementara sebagian lagi meleleh keluar dari bibit indahnya. Si bapak yang memompa vagina Intan rupanya kuat juga, masih belum menampakkan tanda-tanda akan keluar. Bapak itu rupanya pandai memainkan tempo, terkadang kocokan penisnya dipelankan dan terkadang cepat. Tampaknya ia benar-benar ingin menikmati jepitan vagina Intan sepuasnya. Sepuluh menit kemudian, cengkeraman tangan bapak itu di pinggang Intan tiba-tiba mengeras, bapak itupun mulai setengah mendesah. "Hhhh.... ah.." Intan tahu bahwa orang dibelakangnya ini akan segera berejakulasi, iapun mencoba menarik badannya ke arah depan sehingga rahimnya dapat diloloskan dari semburan sperma bapak brengsek itu, namun sia-sia, baru setengah penis yang bisa dikeluarkan dan "Aaaaaahh" Crott, crott, crott! Sperma bapak itu keburu keluar membanjiri bagian dalam vagina Intan. "Aah, sial, damn.." gerutu Intan dalam hati karena bapak itu keluar didalam vaginanya.
Tubuh Intanpun digeletakkan di atas lantai kereta dan dikelilingi tiga orang lelaki lagi yang dengan irama cepat mengocok sendiri penis masing-masing di depan wajah Intan, dan beberapa saat kemudian berejakulasi dan menyemburkan sperma masing-masing di wajah Intan. Para lelaki itupun meninggalkan Intan terkulai diatas lantai kereta dalam keadaan telanjang bulat dengan hanya mengenakan kemeja warna krem yang sudah kusut dan basah oleh peluh dan sperma. Payudaranya dipenuhi bekas-bekas remasan dan cupangan yang berwarna kemerahan. Dalam keadaan lemas, ia mencoba mencari Nina yang sejak tadi tidak terlihat. Rupanya, Nina mengalami hal yang sama dan ditinggalkan tergeletak lemas bermandikan keringat dan sperma. Tidak ingin berlama-lama dalam keadaan demikian, Intan segera berdiri, mengelap keringat dan sperma disekujur tubuhnya dengan bra putihnya yang sudah robek, kemudian mengancingkan kembali kemejanya dan menurunkan roknya kembali, Intan kemudian mengajak Nina yang juga sudah merapikan diri, untuk keluar dari kereta dan mengajaknya untuk kembali saja ke tempat Wiwin. Kejadian barusan membuat hasrat belanjanya hilang.
Setibanya mereka di rumah Wiwin, merekapun mandi membersihkan tubuh masing-masing dari sisa-sisa persetubuhan yang baru saja dialami. Kemudian mengistirahatkan tubuh masing-masing. Sorenya, bel depan berbunyi, rupanya Wiwin sudah pulang. Nina yang membukakan pintu. setelah masuk kedalam rumah, Wiwin menanyakan keadaan kedua temannya itu. Intan dan Nina pun menceritakan hal yang tadi mereka alami di kereta sehingga mereka berdua membatalkan niat belanjanya.
"Waduh, gue minta maaf bener. gue lupa kasih tahu kalian, sebenarnya ada kereta khusus untuk penumpang wanita di sini, karena emang banyak kejadian begini sebelumnya."
"Yah, lo kok enggak kasih tahu kita dari kemarin sih Win? Kalau tahu, kan kita enggak bakal diperkosa begini."
"Iya, iya, gue bener-bener mohon maaf." Ucap wiwin. "Eh iya, kalian mau enggak, gue kenalin sama cowok gue? Kebetulan tuh, sebentar lagi kesini."
Intan dan Nina mengiyakan tawaran itu karena memang penasaran seperti apa muka pacar si Wiwin.
Beberapa saat kemudian, kembali terdengar bunyi bel. Wiwin beranjak keluar. Saat kembali kedalam rumah, ia berjalan bersama sesosok pria. Intan terkesiap. Astaga, ternyata si bapak berwajah ramah.....!
TAMAT

Tuesday, 14 April 2009

Agnes,keponakan Kakak iparku
Oleh milenia
Ditulis: 8 November 2008
Cetak Email

Perkenalkan namaku Hendy,, aku asli dari kota Tahu dan sekarang berumur 19 tahun, aku sendiri sudah kuliah semester 3 di fakultas hukum di salah satu perguruan tinggi negeri di jawa tengah..
Langsung aja,, hari sabtu tepatnya 6 hari yang lalu, aku kedatangan kakak iparku yang dari Jakarta bersama dengan anaknya, sebut saja namanya Agnes. Agnes ini masih berumur 12 tahun, ya kira-kira masih SMP kelas satu gitu. Kakak iparku ini berencana mau datang melihat proyek taman IPTEK yang ia kerjakan bersama dengan teman-temannya dari BPT LIPI Jakarta.
"Hendy, sekarang mbak nginep di hotel Sunan, kamu bisa ngga kesini, mbak bawa oleh-oleh yang banyak ini buat kamu". Kontan aku langsung cabut dari kos dan menuju hotel sunan. Disana aku dikenalin sama Agnes, emang sih aku juga udah lama ngga ketemu dengan mereka, terakhir 5 tahun yang lalu. Ketika aku sekeluraga datang untuk melihat pengukuhan gelar Dokter spesialis THT kakaKku. "Sekarang Agnes udah besar, tambah cantik" kataku kepada kakak iparku ini.
"Hendy, besok mbak mau pergi selama 1 hari. Mbak bisa ngga nitip Agnes sama kamu?". Kebetulan besok hari minggu jadinya aku punya banyak waktu. "Iya deh mbak, bisa",jawabku. "Ntar mbak ninggalin duit, nanti kaLau Agnes minta jalan-jalan kamu tolong anterin iyah". Besok subuh aku diminta untuk jemput Agnes di Hotel, dan aku pertama mengajak Agnes ke kosKu karena aku sendiri belum mandi. Maksud aku setelah aku mandi, sarapan, barulah aku mengajak Agnes jalan-jalan. "Ntar iyah dek, mas mandi dulu". Sekitar 15 menit gitu baru aku selesai mandi dengan handukan lalu menuju kamarku buat pakai baju. "Loh kamu lihat apa Agnes", pekikku. "Wah mas Hendy ketauan iyah nyimpen fiLm-fiLm yang kayak gituan di komputer". Aku kaget karena si Agnes membuka koleksi video UNYIL ku. "hehehe mas gaPapa kug, Agnes juga sering kug lihat fiLm gituan waktu disekolah atau dirumah. Mas sendiri udah pernah belum nglakuin yang kayak di film itu", tanyanya. Wah pikirku, ternyata pergaulan anak di Jakarta udah parah banget, masa anak seumuran Agnes udah tau fiLm yang gituan, apalagi udah berani nanya mengenai ML. "Mas dari duLu, Agnes pengen nglakuin kayak gitu, tapi Agnes takut hamil. Menurut mas Hendy gimana??". Aku yang masih dalam keadaan memakai handuk, bingung mau jawab gimana tapi aku yakinkan saja bahwa seumuran dia belum bisa untuk hamil."Owh, kalau gitu gapapa ya mas, Agnes pengen nglakuin kayak yang difilm ini, mas Hendy pengen apa ngga??" tanyanya. Sedari tadi aku tuh bingung, tapi aku juga berpikir. "Wah durian runtuh nih, aku selama ini hanya melihat dan mempraktekkan sendiri dikamarku. Sekarang ada yang nawari mau ML, kenapa ngga aku terima saja. Tapi si Agnes ini kan keponakanku, ntar kalau terjadi apa-apa gimana???!". Hem namanya anak kecil iyah, ngga usah diminta, udah ngerti sendiri. "Mas, Agnes buka iyah handuknya" Tanpa menolak, kubiarkan saja si Agnes membuka dan melucuti handukku. Lalu dia tertawa, "ihhh, titit mas Hendy gede iyah dan banyak bulunya. Sama seperti cowok yang difilm itu". Lalu dia memegang dan kelihatannya dia udah pintar, mungkin karena udah sering melihat orang ngesek iyah, jadi udah tau urutan mulai dari awal sampai akhir. Setelah memegang, dia mengkulum tititku, aku mengerang keenakan, tapi aku langsung sadar untuk tidak berbuat ngesek di kos aku. Aku takut ketauan dengan teman-teman kos yang lain. "Agnes, dilanjutin ntar, mas Ngga enak nih dengan teman-teman". Emang mau dilanjutin dimana mas". tanyanya. Aku lalu berganti baju dan mengajak Agnes keluar buat jalan. "Kita Lanjutin di hotel aja",jawabku. Aku emang udah kemasukkan setan kali iyah, aku udah ngga perduli, kalau Agnes itu keponakanKu. Aku lalu mencari hotel yang murah dan aku menyewa 1 kamar. Didalam kamar, aku bertanya sama Agnes. "Agnes masih mau ngelanjutin kan?", dia mengangguk dan langsung saja aku gendong dan aku cumbu Agnes lalu aku rebahkan tubuh Agnes ke atas tempat tidur. Aku cumbu bibir Agnes dengan buasnya, lalu aku buka baju dan celananya. Aku mainin puting susu Agnes, tanganku yang satunya masuk dan mainin memek si Agnes yang masih berwarna pink dan belum berambut itu. Agnes mengerang-ngerang karena kegelian... "ahh..ahh..ahh mas peLan- pelan...ahhh. Aku udah ngga perduli. aku bagai orang yang kerasukan, langsung saja aku masukkan tititku kedalam lubang memek Agnes.... "Ahhh... sakit mas", teriaknya. Tapi aku udah ngga perduli, dalam pikiranku, aku ingin nglakuin seperti apa yang selama ini aku lihat di koleksi film-filmku. Semua gaya kucoba, Agnes merintih kesakitan tetapi aku merasa Agnes juga ingin merasakan hal yang sama seperti yang ada dalam pikiranku. Aku telah 3 kali merasakan semburan hangat cairan yang keluar dari memek Agnes. Aku semakin keras menggenjotin Agnes, aku juga udah merasa bahwa spermaku keluar dan aku tumpahkan kedalam memek Agnes, aku ngga perduli yang penting Goyang... dan goyang...goyang terus......
"Mas, udah mas sakiiit" pinta Agnes. Aku melihat Agnes udah kesakitan dan kecapean, yaudah deh pikirku yang penting aku udah klimaks 2 kali..
langsung aku cabut tititku dari memek Agnes, dan aku cium seluruh punggung Agnes sampai ke pantat dan meminta Agnes untuk tidak menceritakan hal ini ke siapa-siapa. Lalu aku menyuruhnya tidur dan akupun membersihkan diri lalu ikut berbaring disamping Agnes yang masih dalam keadaan telanjang. Sorenya aku baru kembali dan aku mengantarkan Agnes pulang ke kakakku... Jadi hari minggu itu mulai dari pagi sampai sore, aku dan Agnes berjalan-jalan di enaknya surga dunia. Untungnya sampai detik ini, Agnes masih bisa menyimpan rahasia ini. Malah sering nelpon aku, katanya sih kangen dan pengen nglakuin lagi. Pintaku, "Kalau libur kamu main aja kesini dek, ntar kita gituan lagi iyah"

Kirim Cerita