Tuesday, 14 April 2009

Agnes,keponakan Kakak iparku Bagian ke 2
Oleh milenia
Ditulis: 8 November 2008
Cetak Email

Hari sabtu tepatnya 2 hari yang lalu, kakak iparku yang dari Jakarta datang lagi ketempatku, katanya sih pengen lihat proyeknya lagi bareng teman-temannya itu. Aku sih tidak apa karena aku sendiri bisa ketemu lagi dengan Agnes, keponakanku itu. “Hendy, mbak mungkin agak lama disini, ya sekitar 4 hari. Jadi mungkin mbak nitip si Agnes iyah kalau pagi, ntar siang kalau mbak belum pulang biar Agnes di Kos mu aja duLu”, pinta kakak iparku itu. Kebetulan aku sendiri emang dapat jadwal kuliah yang siang, jadinya aku pikir, “wah ketiban durian runtuh lagi nih”. “

“Hai Agnes”, sapaku ketika bertemu dengan dia yang keliatannya sih dia baru aja selesai mandi sebab dia keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya memakai handuk dan dia juga udah memakai t-shirt dan celana pendek jungki berwarna putih. “Hai mas”, jawabnya sambil tersenyum nakal, keliatannya dia udah punya rencana untuk 3 hari kedepan ini. “Ma, hari ini aku boleh jalan dengan Mas Hendy ngga?”. “Boleh sayang, emang kamu mau kemana bareng mas Hendy?”. “Ada deh”, jawabnya. Yaudah langsung saja aku pamit ke kakak iparku dan aku jalan bareng dengan Agnes. Hal yang pertama aku ingin tanyakan ke dia adalah, “Agnes masih jaga rahasia itu kan?”. “Tenang aja mas, mama sama papa ngga tahu kok”. “Mas, Agnes kangen nih, tau ngga Agnes bela-belain bolos sekolah karena pengen ketemu Mas Hendy”. “Beneran Agnes kangen sama Mas Hendy, yaudah ayo” , jawabku. Motor aku bawa ke arah kosku. Sesampai di kos, kebetulan hari itu kosku sepi, iyah anak-anak pada balik ke kampung masing-masing. Yang ada hanya Mamat dan Yudi, dan aku pastikan 2 anak ini ngga akan menggangu waktuku bersama Agnes. “Ayo, Agnes masuk”. Lalu pintu aku tutup dan aku kunci begitu juga dengan jendela dan kordennya.

Didalam kamar, awalnya sih masih biasa aja. Ya aku dengan Agnes hanya bercerita dan senyum-senyum sambil aku berbaringan ditempat tidur aku. Aku belum ada hasrat untuk ngesek. Selang beberapa menit tiba-tiba aja, si Agnes duduk diatas pinggul aku dan dia menggoyang-goyangkan pantatnya kedepan dan kebelakang. Aku kaget dan dia mengatakan,”ayo mas kita nglakuin seperti yang minggu lalu”. Ngga tahu kenapa tiba-tiba hasratku juga muncul, lalu aku duduk dan aku pangku si Agnes sambil aku peluk dia dan kucumbu bibirnya dengan buas. Ada sekitar 10 menit aku memainkan bibir Agnes, setelah itu aku turun kebawah tepatnya ke leher dia. Aku isap, aku jilat. Kedua tangan ku bermain di payudara Agnes. Emang sih belum besar tetapi sudah bisa untuk diremas-remas oleh tanganku ini. Agnes merintih-rinti kegelian, sambil ia tetap menggoyangkan pantatnya. Aku kembali memainkan bibirku dengan bibir Agnes sambil tanganku membuka t-shirtnya. Keliatan dia memakai BeHa berwarna hijau dan keliatannya bernomor 24b. Lalu bibirku aku arahkan kebelahan dada Agnes, jeritan Agnes semakin menjadi…”ahh mas,,ahh ahh geli mas….terus mas… enak. Agnes menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Lalu aku buka BeHa itu dan kumainkan saja kedua gunung kembar itu yang lagi dalam proses mekar-mekarnya. Aku plunter putingnya, aku jilat, aku isap. Aku remas-remas naik turun.

Setelah itu aku baringkan Agnes, dan aku mulai mencumbu ujung kakinya. Kedua tanganku meremas-remas pangkal pahanya yang masih tertutup celana pendek jungki berwarna putih. Lalu aku perlahan naik ke lututnya dan menuju pahanya. Kedua tangan ku membuka celana itu. Aku melihat si Agnes memakai CD G-string berwarna transparan dan bertali merah. Aku melihat memek Agnes menyembul keluar dan terlihat labium mayor yang masih berwarna pink dan keliatan empuk seperti kue apem atau bikang. Aku jilat-jilat tuh CD sambil kedua tanganku memainkan teteknya. Lalu aku buka CD-nya langsung saja aku jilat dan ku gigit klitorisnya. “ahhh… mas sakit, pelan-pelan donk mas”, sahut Agnes sambil kedua tangannya memegang dan memaju-mundurkan kepalaku.

Aku semakin buas, aku masukkan jari telunjukku kedalam memeknya, aku kocok, aku putar-putar sambil tetap aku jilat itu memek. “ahh.. ahh.. ahh… ahh mas… mas.. mas Hen, Agnes ngga Tahan mas. Jelas setelah itu terlihat semburan cairan putih keluar dari memek Agnes. “Gimana Agnes, sudah atau lanjut?”, tanyaku. “Lanjut mas, kan titit mas belum mas masukin”, jawabnya. Kontan aku langsung membuka celanaku, tanpa ada adegan yang lain, kumasukkan sudah tititku kedalam memek Agnes. Lalu aku goyang maju mundur dengan semangat 45’. Mulai gaya doggy, gaya bebas, down to up style, semua gaya aku coba. Terakhir aku kembali pada gaya face to face karena kata orang sih ini finalnya. Semakin kuat, kencang goyangan dan gencotanku sampai keliatan Agnes merintih kayak orang yang lari tergopoh-gopoh…”aahh.. hufh.. ahh.. oughh.. huff.. aahh….ahhh”, aku pun juga demikian.

“Agnes…. mas Hen.... Agnes…. Agnes”, kami berdua saling sahut-sahutan. “Mas, Agnes udah ngga tahan, pengen keluar”. “Iyah dek kita keluarnya barengan”. “Satu.. Dua.. Arghhhh…..”, akhirnya keluar cairan hangat berwarna putih itu yang aku tumpahkan ke atas perut Agnes dan punya Agnes keluar membasahi kasurku. “Mas mana, Agnes pengen ngrasain spermanya”. Langsung saja aku sodorkan tititku kemulut Agnes biar dikulum sama dia. Setelah itu kami berdua membersihkan diri lalu tidur. Siangnya aku mengembalikan Agnes ke kakak iparku dan mengaku sedari pagi kami bermain di kebun binatang dekat dengan kampusku dan taman hiburan remaja Sriwedari, padahal kami berdua bermain dalam kenikmatan surganya dunia di Kosku

Kirim Cerita

No comments:

Post a Comment